SRAGEN, iNewsSragen.id - Kisah tentang Ardian, seorang bocah tuna wicara yang ditemukan oleh pedagang bubur kacang hijau di Pasar Mahbang, Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, memang cukup mengharukan. Ardian telah hidup di jalanan selama delapan tahun dan baru bertemu dengan orang tuanya, Minggu (8/10/2023).
Seorang pedagang bubur kacang hijau bernama Saroh melihat Ardian berkeliaran di Pasar Mahbang sekitar tiga pekan yang lalu. Ardian adalah seorang bocah tuna wicara.
Saroh bertanya kepada Ardian dengan bahasa isyarat tentang asal-usulnya dan tempat tidurnya. Ardian menjawab dengan bahasa isyarat dan menunjukkan bahwa ia tidur di emperan orang.
Saroh menawari Ardian untuk makan, dan Ardian menerima tawaran tersebut. Malam harinya, Ardian tidur di Pasar Mahbang.
Setelah beberapa waktu, Saroh menanyakan apakah Ardian bisa menulis, dan ternyata Ardian bisa. Ia menuliskan namanya, dan dari situlah nama Ardian terungkap. Ardian juga mengungkapkan nama ibunya, Yanti, melalui tulisan.
Ardian biasanya mengamen setiap hari di persimpangan jalan yang memiliki traffic light, dan pada malam hari, ia kembali ke Pasar Mahbang untuk tidur.
Awalnya, Ardian tidur di emperan orang, tetapi kemudian ia pindah tidur di dalam pasar karena ada lincak yang lebih nyaman. Ketika mandi, Ardian menggunakan toilet pasar.
Saroh mencoba menanyakan tentang orang tua Ardian, tetapi jawaban Ardian tidak begitu jelas. Ardian juga menolak untuk dijemput oleh panti asuhan.
Ardian sering menghitung uang receh hasil mengamen di pasar, dan penghasilannya cukup lumayan, bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp500.000 sehari. Dia bercerita bahwa uangnya sering diminta oleh seseorang yang memakai anting dan bertato di tangan.
Saroh mengungkapkan bahwa ia mencoba menghubungi seorang YouTuber untuk mengunggah cerita Ardian di media sosial agar bisa diketahui oleh keluarganya. Banyak orang yang bersedia menjadi orang tua angkat untuk Ardian, tetapi mereka khawatir urusan tersebut akan panjang dan rumit.
Pada Sabtu, 7 Oktober 2023, Saroh dihubungi oleh seorang perempuan bernama Yanti, yang mengaku sebagai ibu kandung Ardian. Yanti tinggal di Taiwan, sedangkan ayahnya tinggal di Kulonprogo, Yogyakarta, dan neneknya tinggal di Lampung.
Yanti menceritakan bahwa Ardian adalah salah satu dari enam bersaudara, dua di antaranya tinggal bersama neneknya di Lampung, sementara tiga lainnya bersama ayahnya di Kulonprogo.
Awalnya, Ardian tinggal bersama neneknya di Lampung. Pada hari Minggu, 8 Oktober 2023, ayah Ardian datang untuk menjemputnya. Meskipun Ardian awalnya enggan, setelah dirayu akhirnya mau pulang bersama ayahnya. Sebelum pulang, Ardian juga memberi salam perpisahan kepada para ibu pedagang yang telah merawatnya dan merasa Ardian adalah seperti anak mereka sendiri.
Penjemputan Ardian oleh ayahnya disaksikan oleh Kapolsek Sambungmacan, Kepala Desa, dan warga lainnya.Foto:/Istimewa
Saroh baru mengetahui bahwa usia Ardian adalah 15 tahun dan bahwa ia sudah hidup di jalanan selama delapan tahun. Saroh merasa tidak dapat membayangkan bagaimana seorang anak sekecil Ardian bisa bertahan di jalanan selama delapan tahun.
Penjemputan Ardian oleh ayahnya disaksikan oleh Kapolsek Sambungmacan, Kepala Desa, dan warga lainnya. Yanti, ibu Ardian yang tinggal di Taiwan, mengungkapkan emosinya saat berbicara dengan Ardian melalui telepon.
Pada Senin pagi, Ardian telah menghubungi Saroh melalui video call untuk menyampaikan kabar. Meskipun Ardian berkomunikasi melalui bahasa isyarat, Saroh bisa memahami beberapa hal melalui video call.
Saat uang Ardian mencapai Rp600.000, ia pergi ke toko handphone untuk membeli ponsel, tetapi uangnya tidak cukup. Saroh kemudian membelikan ponsel untuk Ardian karena merasa kasihan.
Kapolsek Sambungmacan, Iptu Widarto bersama Ardian.Foto:Istimewa
Kapolres Sragen, AKBP Jamal Alam melalui Kapolsek Sambungmacan, Iptu Widarto, mengatakan Dinar Ardianto adalah warga Dusun VII RT 026/RW 007, Desa Girimulyo, Kecamatan Marga Sekampung, Kabupaten Lampung Timur. Dia telah berpisah dari keluarganya selama delapan tahun.
Pencarian Dinar Ardianto oleh keluarganya berakhir setelah informasi tentangnya diunggah ke media sosial. Ayahnya, Budiyanto (42 tahun), yang merupakan warga Desa Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, datang untuk menjemputnya. Selama proses penjemputan, disusun surat serah terima dari keluarga Latip kepada keluarga Budiyanto.
Dinar Ardianto sebelumnya tinggal bersama neneknya di Lampung Timur. Kepergiannya selama delapan tahun telah membuat keluarganya terus berusaha mencarinya, dan akhirnya, mereka berhasil bertemu kembali. Keluarga membawa bukti identitas Dinar Ardianto sebagai tanda bahwa mereka adalah keluarganya.
Kisah ini menunjukkan bagaimana kekuatan media sosial dan kerja sama masyarakat serta pihak berwenang dapat membantu menghubungkan anak yang hilang dengan keluarganya. Semoga Dinar Ardianto dapat mengalami rekonsiliasi yang baik dengan keluarganya dan mendapatkan dukungan serta perhatian yang ia butuhkan dalam memulai kembali kehidupan bersama mereka.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait