SOLO,iNewsSragen.id – Warga sekitar proyek pembangunan RS Kasih Ibu Solo resah dengan gangguan suara dan getaran aktivitas pekerjaan yang dinilai tanpa mengenal waktu.
Mereka protes setelah merasakan dampak kegiatan proyek pembangunan gedung rumah sakit yang rencananya berlantai 14 itu.
Lokasi proyek yang dikerjakan sejak Agustus 2022 lalu itu sangat berdekatan dengan pemukiman warga di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan
Informasi yang didapat, dampak proyek itu dikeluhakan karena merusak rumah warga akibat getaran penancapan tiang pancang. Selain itu juga menyebkan air sumur bau, kebisingan, dan debu yang menganggu pernapasan.
Secara psikologis, anak anak yang tinggal disekitarnya tidak bisa berkonsentarsi saat belajar karena proyek pembangunan juga dikerjakan hingga tengah malam.
Atas gangguan itu, warga sudah berupaya melapor dan protes, namun tidak ada tanggapan serius. Antara pihak rumah sakit dan pelaksana proyek atau kontraktor, saling melempar tanggung jawab.
Kondisi itu rupanya mendapat perhatian dari Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait yang langsung datang meninjau. Ia prihatin dengan kelalaian pelaksanaan proyek yang mengakibatkan terganggunya hak anak.
“Peristiwa seperti ini sering terjadi, pekerjaan proyek yang tidak ramah anak. Padahal Solo Kota Ramah Anak. Sepertinya sepele tapi ini harus diselesaikan,” kata Arist saat datang ke Solo pada, Sabtu (18/2/2023).
Setelah melihat kondisi dilapangan dan memahami pangkal permasalan, Arist menyatakan akan berkirim surat ke Walikota Solo. Namun sebelumnya ia akan mempelajari terlebih dulu klausul tentang amdal proyek.
“Anak-anak (yang) terdampak proyek harus diamankan, harus ada solusi untuk masalah ini, seperti misal keluarga dengan anak-anak dipindahkan sementara, atau bantuan sekolah anak, atau rekreasi,” ujarnya.
Arist pun berjanji akan mendukung penuh bilamana kasus ini tidak bisa selesai dengan musyawarah dan naik ke ranah hukum. Ia menegaskan, siap mendampingi warga.
Salah satu warga bernama Mila mengatakan, dampak getaran dan polusi proyek pembangunan rumah sakit itu terasa hingga sekira radius 20 meter. Didalam ada 36 KK dengan 15 anak.
Rumah warga yang berbatasan langsung tembok proyek ada enam, salah satunya rumah Mila, semua mengalami kerusakan seperti tembok retak, kaca pecah, hingga air sumur keruh dan bau.
“Saya dan warga lainnya merasa tidak nyaman dengan proyek pembangunan rumah sakit Kasih Ibu ini. Kalau dulu aktivitas proyek sampai pukul 18.00 WIB saja. Tapi kenyataannya sekarang sampai pukul 22.00 WIB, bahkan sering sampai dini hari. Karena bising anak- anak tidak bisa belajar," ungkap Mila.
Menurutnya, pada awal protes sebenarnya dari pengurus RT dan Kelurahan sudah berusaha menjembatani untuk bermusyawarah dengan pihak rumah sakit atau kontraktor. Tapi belum juga menemui titik temu.
“Warga sempat mengusulkan pekerjaan proyek hingga pukul enam sore sesuai perjanjian awal, atau kalaupun lembur tanpa kebisingan. Sedangkan untuk 3 KK yang paling terdampak karena rumahnya semi permanen kami usulkan untuk dipindahkan sementara sampai proyek selesai, tapi belum ada tanggapan sama sekali,” pungkasnya.
Editor : Joko Piroso