SUKOHARJO,iNewsSragen.id - Sejumlah warga di Desa Dalangan dan Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, dilanda kecemasan dan ketakutan setelah tanah tempat berdirinya rumah mereka semakin hari menyusut lantaran tergerus abrasi dan erosi Bengawan Solo.
Akibat erosi tanah yang tak juga segera ditanggani itu, sebagian warga hanya memegang sertifikatnya saja lantaran tanah miliknya sudah lenyap terbawa arus erosi Bengawan Solo.
Camat Tawangsari, Bambang Sumirat mengatakan, tanah dan bangunan milik warga yang terkena erosi sebelumnya memiliki jarak sekira 40 meter dari tepi Bengawan Solo
"Kalau di Desa Dalangan, tinggal sertifikat saja karena tanahnya sudah hilang atau tergerus, ada 10 sertifikat. Sementara di Desa Pojok ada 5 sertifikat," kata Bambang pada, Sabtu (4/2/2023).
Warga yang rumahnya terkena erosi itu terpaksa harus angkat kaki pindah ke tempat yang lebih aman. Mereka ada yang pindah ke rumah saudara, dan ada juga yang memilih pergi merantau.
Saat ini belasan tanah milik warga beserta bangunan diatasnya di dua desa itu, kondisinya sudah sangat mengkawatirkan, nyaris ambrol larut ke aliran Bengawan Solo jika tak ada penanganan lebih lanjut dari instansi maupun dinas terkait.
"Alur sungainya sudah bergeser. Di satu sisi tanahnya ada yang tergerus, di sisi sebelahnya tanahnya justru bertambah maju. Itu biasanya terjadi ditikungan sungai," ujar Camat.
Menanggapi itu, Kadus 1 ( Bayan-Red) Desa Pojok, Slamet Sri Widodo mengatakan, erosi sungai membuat tanah warganya berkurang.
"Diantaranya tanah milik Pak Ponadi yang semula luasnya 1000 meter persegi, sekarang tinggal menyisahkan sekira 60 meter persegi. Kemudian tanah milik Pak Warno seluas 750 meter persegi, sudah hilang semua terbawa erosi," ungkapnya.
Tak hanya itu, sebuah bangunan rumah diesel yang didirikan oleh Pemerintah Desa untuk menyedot air Bengawan Solo ke saluran irigasi sawah juga sudah ambrol ke sungai.
"Ada jalan desa yang mengarah ke lapangan juga sudah terputus. Padahal dulu, tanah dan bangunan milik warga itu berjarak sekira 50 meter dari bibir sungai," sebutnya.
Slamet menuturkan, pengikisan tanah mulai terjadi sejak 2012 lalu dan masih berlangsung sampai sekarang. Erosi terparah terjadi sejak 2022 hingga sekarang.
"Tanahnya sering longsor, biasanya pada malam hari. Tanah disini itu meski kering, tapi mengeluarkan air. Makanya warga pemilik tanah dan bangunan di sini tiap hari selalu was-was karena hujan turun hampir setiap hari," imbuhnya.
Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Sukoharjo, Ariyanto Mulyatmojo mengatakan, arus sungai Bengawan Solo yang mulai bergeser disebabkan adanya pendangkalan di salah satu sisi sungai.
"Kami sedang mengintervarisir, dan akan kami laporkan ke BBWSBS (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo). Kami juga akan memberikan beberapa alternatif untuk pengerukan, dan pemasangan bronjong batu guna mencegah meluasnya abrasi," kata Ariyanto.
Sebagai langkah antisipasi, ia meminta kepada pemerintah desa terkait agar pro aktif melaporkan perkembangan dan potensi erosi di wilayahnya.
"Data itu akan kami gunakan untuk laporan ke BBWSBS agar ada penanganan lebih lanjut. Sebab, Bengawan Solo merupakan kewenangan BBWSBS," pungkasnya.
Editor : Joko Piroso