SUKOHARJO,iNewsSragen.id - Persoalan pendangkalan dan penyempitan Kali Jenes yang bermuara dari Kabupaten Boyolali mengalir melewati wilayah Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, hingga masuk ke Kota Solo sebelum akhirnya sampai Bengawan Solo, masih menjadi pekerjaan rumah yang tak kunjung terselesaikan oleh pihak-pihak terkait.
Seiring dinamika sosial dan ekonomi, jumlah bangunan yang terus bertumbuhan berdiri di sempadan sungai itu diduga menjadi pemicu utama pendangkalan atau sendimentasi material dan penyempitan. Pada akhirnya menimbulkan bencana banjir.
Jika sebelumnya yang menjadi sorotan adalah aliran Kali Jenes di Dukuh Mendungan, Desa Pabelan, Kartasura yang berbatasan dengan Kota Solo, di daerah Gembongan, tepatnya perbatasan Desa Singopuran dengan Desa Pabelan ternyata juga terjadi hal yang sama.
Hal itu disampaikan oleh Camat Kartasura, Joko Miranto, bahwa untuk aliran Kali Jenes di daerah Gembongan, selain terjadi penyempitan, sendimentasinya juga paling parah. Di kanan-kiri sungai tersebut sudah penuh berhimpitan deretan bangunan rumah warga.
"Banjir yang sering terjadi di daerah Gembongan itu yang paling parah disebabkan adanya sendimentasi Kali Jenes. Permasalahanya itu disana tidak ada garis sempadannya," kata Joko saat ditemui di kantornya pada, Senin (13/3/2023).
Atas kondisi itu, upaya pengerukan menurut Joko sudah pernah dicoba, namun saat dilakukan survey ditemukan kendala medan, dimana jika menggunakan alat berat sangat sulit bisa diturunkan ke sungai.
"Kebetulan kami punya kolega yang berdinas di Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), dan permasalahan itu kami sampaikan. Namun untuk melakukan pengerukan sendimentasi itu alat beratnya tidak bisa masuk," ungkap Joko.
Kendala utama jika dilakukan pengerukan sendimentasi, disebutkan Joko mengutip keterangan dari petugas BBWSBS adalah, tidak adanya akses jalan ke titik sendimentasi. Sepanjang sungai di daerah itu sudah penuh deretan bangunan berdiri di sempadan.
"Dari jembatan di depan The Heritage Palace (Gembongan) ke arah timur, itu pendangkalannya (Kali Jenes) kan luar biasa. Seandainya pendangkalan itu bisa dikeruk, setidaknya sudah dapat mengurangi resiko banjir," ujarnya.
Disisi lain, kemungkinan alat berat bisa diturunkan ke Kali Jenes untuk melakukan pengerukan, menurut Joko, masih bisa dilakukan. Namun hal itu harus menunggu musim kemarau tiba.
"Bisa masuknya itu ketika sudah musim kemarau. Airnya kan berkurang banyak sehingga permukaan sendimentasinya kelihatan. Dan alat beratnya tentu harus besar, karena kalau sendimentasinya banyak, dikhawatirkan justru akan membuat alat beratnya terperosok," katanya.
Diakui Joko, persoalan sendimentasi Kali Jenes di daerah Gembongan tersebut sebenarnya sudah menjadi pembahasan antara dirinya dengan Kepala Desa (Kades) setempat. Bahkan peninjauan lokasi juga sudah dilakukan.
"Saat itu usai banjir, kami bersama Kades meninjau lokasi. Kami juga melihat bahwa di kanan -kiri sungai sama sekali sudah tidak ada lagi garis sempadannya. Hanya saja untuk penanganannya, tentu menjadi kewenangan BBWSBS untuk dapat menindaklanjuti," pungkas Joko.
Editor : Joko Piroso