SRAGEN, iNewsSragen.id - Sejumlah tokoh pergerakan di Sragen, Jawa Tengah, telah membentuk Presidium Rakyat Sragen. Mereka mengadvokasi partai politik (Parpol) untuk memenuhi tanggung jawab mereka dalam menghadirkan calon kepala daerah yang kompeten dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang diperkirakan akan berlangsung setahun lagi.
Kekhawatiran warga Sragen terhadap pemilihan kepala daerah yang hanya melibatkan satu calon atau calon yang dianggap sebagai "boneka." Dalam pemilihan sebelumnya, banyak pemilih memilih kotak kosong sebagai bentuk protes terhadap situasi tersebut.
Presidium Rakyat Sragen, yang dipimpin oleh Rus Utaryono, mendesak Parpol untuk memenuhi kewajibannya dalam memunculkan pemimpin di masyarakat dan menyajikan calon kepala daerah yang lebih banyak pilihan bagi pemilih.
Mereka menyoroti bahwa salah satu fungsi utama Parpol adalah memunculkan pemimpin di masyarakat. Namun, mereka melihat bahwa saat ini Parpol lebih fokus pada persiapan Pemilihan Legislatif (Pileg) daripada Pilkada yang tinggal setahun lagi.
Jika Parpol gagal dalam mengusung calon yang layak, Presidium Rakyat Sragen menyatakan kesiapannya untuk mencari tokoh yang bersedia menjadi kepala daerah melalui jalur independen. Mereka menganggap bahwa saat ini sudah mepet dalam waktu untuk menyiapkan calon independen.
Sementara itu, aktivis Eko Wijiyono menyoroti peran penting para aktivis dalam proses politik di Sragen.
Eko Wijiyono dan para aktivis lainnya percaya bahwa mereka harus bertindak lebih awal dalam menentukan calon kepala daerah yang layak. Mereka ingin aktif terlibat dalam menyajikan calon yang dianggap lebih baik bagi masyarakat sebelum Parpol membuat keputusan.
Dia mengkritik praktik di mana Parpol sering kali sudah membuat keputusan tentang calon kepala daerah berdasarkan hierarki partai di atas. Hal ini dapat mengakibatkan kader dan pengurus Parpol di tingkat daerah tidak memiliki peluang untuk memunculkan kandidat mereka sendiri.
Eko Wijiyono mengungkapkan bahwa dalam banyak kasus, partai politik di daerah hanya mengikuti keputusan dari tingkat partai yang lebih tinggi, tanpa banyak memiliki kendali dalam menentukan calon kepala daerah. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya keragaman calon yang mewakili kepentingan lokal.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa ada dorongan untuk mengubah dinamika politik di Sragen agar lebih inklusif dan demokratis.
Aktivis seperti Eko Wijiyono ingin memastikan bahwa masyarakat memiliki lebih banyak pilihan dalam pemilihan kepala daerah dan bahwa kader lokal juga memiliki peluang untuk memunculkan kandidat mereka.
Editor : Joko Piroso