GROBOGAN, iNewsSragen.id - Sebuah jembatan sepanjang sepuluh meter yang menghubungkan Desa Suwatu, Kecamatan Gabus, Grobogan, Jawa Tengah, ambrol. Kondisi ini menyebabkan seluruh kendaraan roda empat tidak bisa melintas dan harus melewati jalur hutan, yang mengakibatkan akses perekonomian warga terpencil menjadi lumpuh.
Kerusakan jembatan, yang menjadi satu-satunya akses menuju desa lain serta Kota Gabus, ini sudah terjadi sejak setahun lalu. Warga sempat membangun jembatan darurat yang bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat. Namun, hujan deras dan banjir bandang beberapa minggu lalu membuat jembatan darurat ini kembali ambrol dan sebagian hanyut terbawa banjir.
Saat ini, seluruh kendaraan terutama roda empat tidak diperbolehkan melintasi jembatan rusak ini. Pengendara roda dua masih diizinkan melintas, namun harus ekstra hati-hati karena kondisi jembatan yang sewaktu-waktu bisa ambrol.
Riyanto, Kepala Desa Suwatu, telah melaporkan kerusakan jembatan ini ke Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Grobogan.
Kerusakan kedua ini merupakan yang terparah dialami warga desa terpencil ini, sehingga aktivitas dan roda perekonomian warga menjadi lumpuh. Agar perekonomian warga tetap bisa berjalan, warga bergotong-royong membangun jembatan darurat dari bahan bambu yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua saja.
Selain itu, warga juga membuka jalan baru yang melewati jalur hutan untuk dialihkan ke kendaraan roda empat. Namun, kondisi jalur hutan ini sangat tidak layak untuk dilewati. Jika hujan deras turun, jalur hutan ini tidak bisa dilalui karena kendaraan akan terjebak dalam lumpur.
Wahyu Tri Darmanto, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Grobogan, Jawa Tengah, menyatakan bahwa dana pembangunan jembatan Suwatu sebesar dua ratus juta rupiah telah dianggarkan melalui dana tak terduga.
Pekerjaan perbaikan jembatan akan dilaksanakan pada satu atau dua bulan mendatang setelah rekomendasi dari pimpinan pusat turun.
Warga desa hutan berharap agar jembatan segera dibangun sehingga bisa dimanfaatkan kembali. Mereka khawatir jika musim penghujan datang, seluruh akses hutan tidak akan bisa dilalui, yang akan semakin melumpuhkan perekonomian mereka.
Editor : Joko Piroso