SUKOHARJO, iNewsSragen.id - Angka stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak-anak di Kabupaten Sukoharjo tercatat berada pada 8,10% dari hasil penimbangan serentak Agustus 2022 lalu. Angka itu meningkat jika dibandingkan angka stunting pada 2021 sebesar 7,11%.
Hingga saat ini, Pemkab Sukoharjo melalui Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) terus berupaya mengatasi permasalahan stunting, meski angkanya masih jauh dari angka stunting nasional yang berada pada 24%.
Kepala DKK Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, mengakui angka stunting 2022 lebih tinggi dibanding 2021. Namun menurutnya hasil angka itu tidak dapat dibandingkan mengingat angka 7,11% (2021) diambil dari data berat badan sekitar 70% anak di Sukoharjo. Sementara jumlah 8,10% (2022) berasal dari 93,5% anak.
“Sebelumnya kami menggunakan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) dengan hanya mengambil sampel berat badan anak. Pada tahun 2022 kami menggunakan aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) dengan sasaran seluruh anak di Posyandu. Sehingga keduanya tidak bisa dibandingkan,” kata Tri saat kegiatan progam Desa Lokasi Fokus (Lokus) stunting, di Desa Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Senin (23/1/2023).
Untuk memastikan upaya penurunan kasus stunting berjalan sesuai dengan yang diharapkan, saat ini DKK Sukoharjo menggencarkan gerakan remaja putri meminum obat tambah darah yang diberi nama gerakan minum pil pintar dan juga pil cantik untuk para pekerja perempuan.
Hal itu dilakukan sebagai upaya pencegahan stunting sejak dini melalui remaja putri, atau ibu rumah tangga sebelum kelahiran bayi.
"Kami berharap dapat berkontribusi menyumbangkan penurunan angka stunting yang nantinya juga berpengaruh terhadap angka stunting nasional," ujarnya.
Selain itu, ia juga mengajak seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) turut berkontribusi dengan memfokuskan program pada Desa Lokus stunting.
Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, yang hadir di acara itu mengatakan, bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pada tahun 2024 angka stunting di Indonesia turun pada angka 14%.
Oleh karenanya, perhatian Pemkab Sukoharjo terhadap masalah percepatan penurunan stunting, menurut Bupati, menjadi salah satu prioritas. "Sebab stunting merupakan ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia," tegasnya.
Etik mengungkapkan, salah satu upaya Pemkab Sukoharjo untuk menurunkan angka stunting adalah dengan pembentukan program 'Dapur Sehat Atasi Stunting (DAHSAT).
"DAHSAT merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu meyusui dan baduta/balita stunting terutama dari keluarga kurang mampu," paparnya.
Dijelaskan, kegiatan DAHSAT sendiri mencakup edukasi perbaikan gizi dan konsumsi pangan ibu hamil, ibu menyusui dan balita. Dalam hal ini masyarakat akan diberi sosialisasi terkait pangan lokal yang terjangkau, bercita rasa dan bergizi.
"Saat ini DAHSAT sudah terbentuk di seluruh kecamatan dan kami berharap kegiatan pada hari ini bisa memacu DAHSAT di Kabupaten Sukoharjo untuk bisa lebih berperan dalam rangka menurunkan angka stunting," pungkasnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait