MANADO, iNewsSragen.id - Gunung Ruang, yang merupakan gunung api aktif di Sulawesi Utara, telah mengalami serangkaian letusan hebat dalam sejarahnya. Letusan terakhir terjadi pada 25 September 2002 setelah periode istirahat selama lebih dari 50 tahun.
Letusan tersebut menghasilkan kolom abu vulkanis setinggi lebih dari 5 km di atas puncak, dengan beberapa deteksi ketinggian abu vulkanis mencapai lebih dari 16 km oleh satelit.
Sebelumnya, pada tahun 1808, erupsi meledak dari kawah pusatnya dan menyebabkan kerusakan signifikan di Pulau Tagulandang, meskipun tidak ada korban manusia yang dilaporkan.
Pada tahun 1870, terjadi erupsi agak kuat yang mengakibatkan kerusakan total di Pulau Ruang, menghancurkan rumah, hewan, dan tumbuhan di sekitarnya.
Tahun 1871 ditandai dengan gempa yang terasa hebat di pertengahan Februari, diikuti oleh longsoran di puncak dan gelombang pasang yang melanda Pantai Tagulandang. Gelombang tersebut mengakibatkan korban jiwa yang signifikan, dengan perkiraan 300 sampai 400 orang tewas di Buhias. Erupsi Gunung Ruang kembali terjadi kemudian pada Maret dengan menyemburkan batu dan pasir.
Pada 15 November 1874, terjadi erupsi hebat yang menyemburkan abu dan batuan pijar, menyebabkan kerusakan rumah dan tanaman di sekitar lereng gunung.
Tahun 2002, terjadi erupsi eksplosif dengan tinggi kolom letusan mencapai sekitar 2 km dan disertai dengan aliran awan panas yang melanda wilayah seluas 1,6 kilometer. Lebih dari 1.200 warga harus dievakuasi dan banyak rumah yang hancur akibat letusan tersebut.
Kembali meletusnya Gunung Ruang pada beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa aktivitas vulkaniknya masih bisa menjadi ancaman serius bagi masyarakat sekitar.
Evakuasi dan langkah-langkah mitigasi risiko perlu segera dilakukan untuk mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh letusan ini. Selalu penting untuk mengikuti petunjuk dan peringatan dari otoritas setempat serta tetap waspada terhadap potensi bahaya dari gunung api tersebut.
Kembalinya Gunung Ruang menjadi aktif pada Maret 2015 menunjukkan bahwa meskipun sempat istirahat selama 13 tahun, potensi bahayanya masih tetap ada. Intensitas kegempaan yang fluktuatif menjadi salah satu indikator aktivitas vulkanik yang perlu dipantau dengan cermat.
Bahaya erupsi Gunung Ruang meliputi beberapa potensi ancaman, terutama dalam bentuk empasan awan panas dan aliran lava yang dapat melanda seluruh pulau.
Pulau-pulau di sekitarnya juga rentan terhadap jatuhnya bom vulkanik dan abu panas yang masih berpotensi panas. Bahaya lahar terutama terbatas di Pulau Ruang, tetapi tetap menjadi ancaman serius.
Dengan kembalinya erupsi Gunung Ruang pada tanggal 16 April 2024, langkah-langkah evakuasi dan mitigasi risiko perlu segera diambil untuk melindungi penduduk dan infrastruktur di sekitarnya.
Laporan sementara dari Basarnas Manado menunjukkan bahwa jumlah pengungsi terus bertambah, menunjukkan urgensi perlunya tanggapan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan harta benda.
Semoga langkah-langkah tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif untuk mengurangi dampak negatif dari erupsi Gunung Ruang yang kembali aktif ini.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait