YOGYAKARTA, iNewsSragen.id - Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah sosok penting dalam sejarah Indonesia, terutama pada masa pascakemerdekaan.
Peran dan kontribusinya dalam mendukung Republik Indonesia sangat signifikan, dan sikap kenegarawanannya membentuk bagian integral dari sejarah politik dan sosial Indonesia.
Meskipun secara politis dan ketatanegaraan Yogyakarta memiliki potensi untuk berdiri sendiri sebagai negara, Sultan HB IX memilih untuk bergabung dengan Republik Indonesia.
Keputusan ini tidak hanya memperkuat integritas Indonesia, tetapi juga menunjukkan kepemimpinan dan visi jauh ke depan dari Sultan.
Pada awal kemerdekaan, kondisi ekonomi Indonesia sangat tidak stabil. Sultan HB IX menyumbangkan kekayaan pribadinya untuk menggaji pegawai negara, yang menunjukkan komitmennya terhadap kelangsungan pemerintahan Republik Indonesia di masa-masa sulit.
Ini adalah bentuk dukungan konkret yang sangat berarti bagi negara yang baru merdeka dan mengalami berbagai tantangan.
Selama Agresi Militer Belanda I, ketika Jakarta menjadi tidak aman, Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan sementara. Sultan HB IX dengan bijaksana merelakan Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia dan berperan aktif dalam mempertahankan dan melindungi wilayah tersebut.
Selain itu, Sultan juga berperan penting dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, yang merupakan aksi militer untuk membebaskan Yogyakarta dari pendudukan Belanda.
Penyerahan cek senilai 6 juta gulden kepada Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta adalah salah satu contoh nyata dari dukungan finansial Sultan untuk pemerintah. Ini memberikan modal awal yang sangat penting bagi Republik Indonesia untuk melanjutkan perjuangan dan pembangunan negara.
Sikap jujur dan integritas Sultan HB IX sangat terlihat dalam keputusan beliau untuk tidak bersedia dicalonkan sebagai Wakil Presiden periode 1978-1983. Mengingat gejala korupsi dan kolusi yang mulai muncul di pemerintahan saat itu, Sultan memilih untuk tetap berada di luar arena politik praktis untuk menjaga reputasinya dan menghindari keterlibatan dalam praktik-praktik korupsi.
Warisan Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah contoh teladan bagi masyarakat Yogyakarta dan seluruh Indonesia. Sikap kenegarawanannya, yang tercermin dalam pengorbanan pribadi dan kontribusinya untuk negara, menjadi simbol dari komitmen dan dedikasi untuk kepentingan bangsa.
Ajaran Jawa "Aja cedhak kebo gupak" yang berarti "Jangan mendekati kerbau yang kotor oleh lumpur" menggambarkan prinsip etika dan moral yang beliau pegang teguh, serta mencerminkan kepedulian beliau terhadap integritas dan kebersihan dalam pemerintahan.
Sri Sultan HB IX tidak hanya dikenang sebagai pemimpin yang bijaksana dan dermawan, tetapi juga sebagai figur penting yang berperan krusial dalam menjaga kedaulatan dan kesatuan Republik Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan.
Editor : Joko Piroso