SOLO, iNewsSragen.id - Budaya daerah merupakan kekayaan yang dimiliki oleh tiap daerah. Daerah Jawa Tengah (Jateng) juga memiliki beragam kebudayaan. Salah satu kekayaan budaya di Jateng adalah gamelan Jawa.
Baiknya ragam budaya itu juga dikenal oleh murid-murid sekolah, utamanya mereka yang tinggal di daerah. Namun, masih banyak juga peserta didik yang belum mengenal gamelan.
Seperti dilakukan oleh SD Islam Terpadu (IT) Nur Hidayah Surakarta terhadap siswa kelas 2 kali ini. Dipandu seorang pengrawit dari Waskito Laras bernama Agus Setiono, para siswa didampingi guru kelas dilatih memainkan gamelan di sekolah setempat.
Sebelum latihan, pada Sabtu (5/11/2022) dimulai, Agus terlebih dulu menjelaskan nama-nama gamelan satu persatu. Serta menjelaskan cara 'nabuh' atau membunyikannya.
"Ini namanyan gong. Ukurannya ada yang besar, sedang, ada pula yang agak kecil. Namanya gamelan ini seperti bunyi suaranya. Ini namanya bonang, kendhang, gender, kenong, dan ini namanya saron," terangnya.
Fungsi gamelan itu, lanjutnya, untuk mengiringi karawitan pagelaran wayang maupun tarian tradisional.
Usai penjelasan, beberapa guru sekolah yang tergabung dalam tim 'Waskita Karawitan' memberikan contoh cara memainkan alat-alat gamelan tersebut.
Para siswa tampak antusias menyimak penjelasan Agus. Bahkan mereka terkesima dengan alunan musik gamelan yang dibawakan oleh para guru SD IT Nur Hidayah Surakarta itu.
Setelah menyimak dan mendapat contoh cara menabuh, para murid diminta praktek menggunakan gamelan secara bergantian.
Koordiantor guru pararel kelas 2, Eni Hestuti, menyampaikan tujuan dari kegiatan adalah untuk mengenalkan, memperdalam, dan memvisualisasikan materi gamelan pada mata pelajaran bahasa Jawa yang dipelajari murid.
"Dengan mengenalkan gamelan Jawa ini secara nyata bisa untuk melatih olah rasa dan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah karena gamelan yang ditabuh bisa menghasilkan suara yang indah," terangnya.
Selain itu, pihak sekolah juga menaruh harapan terhadap para siswa agar memiliki kelembutan hati serta mampu nguri-nguri budaya Jawa yang dimiliki oleh daerahnya sendiri.
"Kami percaya, para siswa akan bangga dengan budaya daerahnya dengan terus belajar dan melestarikannya," pungkas Eni.
Editor : Joko Piroso