JAKARTA, iNewsSragen.id - Latolato adalah fenomena permainan baru, tak hanya orang dewasa namun juga anak-anak. Permainan sederhana yang sebenarnya bukan hal baru, karena jaman dahulu sudah ada namun tidak semarak sekarang.
Anak bermain latolato, bermain kelereng, bermain layangan, sama-sama membutuhkan skill khusus. Latihan yang berulang-ulang akan membuat mereka terampil. Selama latihan tersebut, jika ada goresan atau kapalan akibat permainan, adalah wajar.
Sub Komisi Pengaduan KPAI, Dian Sasmita, S.H., M.H menyebut bahwa permainan latolato cenderung lebih melatih keterampilan dan bermanfaat dalam hubungan keluarga antara anak dan orang tua.
"Saya sangat menghargai ketrampilan memainkan latolato. Karena saya pribadi memainkannya pun tak langsung bisa, butuh koordinasi gerak tangan yg stabil dan konsentrasi," ujarnya.
Bermain latolato tak sesederhana suaranya.
Maraknya anak-anak memainkan latolato yang kemudian 'kebablasan' karena dilakukan di semua tempat, tak sepenuhnya salah anak.
Dian juga menjelaskan perlunya peran orang tua dalam pengawasan dan pendampingan terhadap aktivitas anak.
Pertama,
Setiap aktivitas anak, apapun itu, orang tua/pengasuh wajib tahu dan membersamai untuk menjelaskan bahaya dan resikonya. Kemudia mengarahkan anak ke arah yang positif.
Semua permainan yang membuat anak senang, mereka pasti akan memainkan dengan serius dan senang, seperti halnya game online.
Di sinilah letak peran orang tua/ pengasuh yang tidak boleh diabaikan. Kenalkan anak dengan adab/etika bermain agar anak paham bahwa tidak semua tempat dapat dijadikan ruang bermain.
Bermain latolato dengan anak dapat membangun kelekatan antara anak dan orang tua. 15 menit bermain dengan anak akan membuat mereka menjadi anak lebih gembira. Karena anak merasakan kehadiran orang tuanya secara utuh.
Kedua,
Pemerintah, seperti sekolah atau dinas kebudayaan atau pariwisata, dapat mewadahi kreatifitas anak terhadap latolato.
Misalnya lomba menggambar di latolato, atau bikin instalasi dari latolato atau mural tema latolato.
Artinya,
Pemerintah perlu sadari bahwa setiap anak membutuhkan dan punyak hak untuk bermain. Namun apakah pemerintah setempat sudah memfasilitasi ruang bermain ramah anak?
Jadi,
Jangan terburu-buru melarang anak bermain. Temani anak bermain. Karena fase tumbuh kembang anak akan optimal jika mereka dapat bermain dengan gembira dan aman.
Editor : Joko Piroso