Selama bertugas, prajurit Legiun Mangkunegaran dipersenjatai berbagai jenis senjata modern dan senjata khas prajurit Jawa. Yakni terdiri dari keris, pedang, tombak, panah, pistol, senapan, serta meriam.
Dalam struktur organisasinya, Legiun Mangkunegara memiliki dua perwira senior berpangkat mayor, empat letnan ajudan, sembilan kapitein, delapan letnan dua, delapan letnan muda, 32 sersan, 62 kopral, flankier 900 orang, dragonder (dragoon) 200 orang, dan steffel 50 orang.
Sebagai pasukan elite tempur, para prajurit Legiun Mangkunegaran juga mengenakan seragam khusus. Bagi para bintara, dan prajurit mengenakan seragam topi syako dan jas hitam pendek. Sedangkan untuk perwira, mengenakan topi syako, jas hitam, dan celana putih.
Hebatnya lagi, Legiun Mangkunegaran ternyata tidak hanya beranggotan kaum pria saja. Pasukan tempur ini, juga memiliki pasukan bersenjata yang terlatih dari kaum perempuan. Keahlian pasukan perempuan ini, tak sekedar bertempur dan menggunakan senjata, mereka juga mampu bernyanyi dan memainkan alat musik.
Keberadaan pasukan perempuan ini, juga digunakan untuk menyambut para tamu kehormatan. Dalam bukunya, Iwan Santosa menyebutkan, Legiun Mangkunegaran terlibat dalam banyak pertempuran hebat yang turut menentukan perjalanan sejarah negeri ini.
Saat pecah Perang Diponegoro, tahun 1825-1830, Legiun Mangkunegaran bertugas menjaga Yogyakarta dan Surakarta dari serangan pasukan Pangeran Diponegoro. Pasukan ini juga yang akhirnya menghancurkan benteng terakhir Pangeran Diponegoro.
Saat pecah pertempuran di Jatingaleh, Semarang, pada tahun 1811, Legiun Mangkunegaran juga menjadi bagian dari pasukan yang dipimpin Gubernur Jenderal Janssens. Legiun Mangkunegaran, juga terlibat pada perang Aceh tahun 1873, menumpas bajak laut di Bangka, pada tahun 1919-1920.
Editor : Joko Piroso