SRAGEN, iNewsSragen.id - Kasus proyek talud Bengawan Solo yang ambrol dalam waktu singkat dengan sumber dana yang tidak jelas dan kualitas konstruksi yang buruk sangat memprihatinkan. Proyek talud bantaran sungai bengawan Solo itu terletak di dukuh Gilis RT 07, Desa Katelan, Kecamatan Tangen, Sragen.
Proyek talud tersebut hanya berlangsung selama sebulan sebelum mengalami kerusakan. Ini menunjukkan bahwa konstruksinya mungkin tidak memenuhi standar yang diperlukan, terutama jika belum terjadi banjir atau tekanan air yang signifikan.
Warga setempat, seperti Sri Wahono, merasa khawatir dan frustrasi dengan proyek tersebut karena kurangnya transparansi dan tanggung jawab. Tidak adanya papan nama proyek membuat sulit untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab.
Terdapat masalah dengan spesifikasi konstruksi dan pengawasan proyek. Penggunaan bahan yang mungkin tidak sesuai dengan kondisi sungai dan pemotongan panjang talud tanpa penjelasan yang jelas menunjukkan kekurangan dalam perencanaan dan pengawasan.
Laporan tidak memberikan informasi mengenai sumber dana proyek ini, yang merupakan aspek penting untuk menilai transparansi dan keabsahan proyek.
Meskipun proyek ini terletak di bantaran sungai Bengawan Solo, tujuan akhirnya tidak sepenuhnya jelas. Warga mengira seluruh bantaran akan ditalut, tetapi hanya sebagian kecil yang dikerjakan.
Warga setempat sangat khawatir dengan kondisi talud yang telah ambrol bahkan sebelum musim hujan tiba. Ini menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak memenuhi standar keamanan yang diperlukan untuk menghadapi potensi banjir.
Pihak Humas Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS BS) Kementerian PUPR yang menyatakan bahwa proyek tersebut bukan tanggung jawab mereka menambahkan kompleksitas dalam mencari tahu siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas proyek talud tersebut. Demikian juga, tidak adanya tanggapan atau respons dari Camat Tangen, Tetuko Andri Setyawan, semakin mengaburkan situasi.
Editor : Joko Piroso