Tradisi Perang Nasi Meriahkan Sedekah Bumi di Dukuh Boleran Blora

BLORA, iNewsSragen.id - Warga Dukuh Boleran, Desa Jiken, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, merayakan panen raya dengan cara unik melalui tradisi tahunan Sedekah Bumi atau yang akrab disebut Gas Deso.
Dalam perayaan ini, puluhan pemuda terlibat dalam perang nasi, sebuah tradisi turun-temurun di mana mereka saling lempar nasi sebagai simbol kegembiraan dan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah.
Meski harga beras di pasaran tengah melonjak, hal itu tak menyurutkan semangat warga untuk tetap menggelar tradisi ini. Bagi mereka, Gas Deso adalah wujud syukur sekaligus bentuk pelestarian budaya warisan leluhur.
Momen Sakral dan Penuh Semangat
Rangkaian acara dimulai dengan arak-arakan empat gunungan berisi nasi, lauk pauk, dan hasil bumi lainnya yang ditata rapi. Gunungan tersebut diarak keliling desa dengan iringan kesenian tradisional Barongan, menciptakan suasana meriah dan sakral sekaligus.
Sebelum perang nasi dimulai, sesepuh desa memimpin doa bersama sebagai tanda dimulainya acara. Warga dari berbagai kalangan antusias menyaksikan momen ini, yang menjadi tontonan tahunan yang selalu dinanti.
Anisa, salah satu warga, mengaku sangat menantikan tradisi ini setiap tahun.
“Ini budaya yang harus kita lestarikan. Seru dan penuh makna,” ujarnya, Senin (14/4/2025).
Sementara itu, Mustamir, peserta perang nasi lainnya, turut membagikan keseruannya.
“Setelah lempar-lemparan nasi ya biasa saja, nggak ada yang marah. Namanya sawura, semua dilakukan dengan hati senang, tanpa dendam,” katanya sambil tersenyum.
Makna Budaya dan Syukur
Ketua RW 10 Dukuh Boleran, Bambang, menegaskan bahwa perang nasi bukan sekadar permainan, melainkan simbol dari kekompakan dan rasa syukur warga atas rezeki yang diterima.
“Kami juga mengarak hasil panen untuk menunjukkan betapa kami menghargai apa yang telah diberikan alam,” jelasnya.
Dengan penuh semangat kebersamaan, tradisi Gas Deso menjadi simbol kekuatan budaya lokal yang tetap hidup di tengah arus modernisasi. Melalui kegiatan ini, warga tak hanya merayakan hasil panen, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan menjaga warisan leluhur agar terus lestari.
Editor : Joko Piroso