get app
inews
Aa Text
Read Next : Kesulitan Beli Seragam Batik SMP Negeri, Warga Kirim Surat Terbuka ke Bupati Sukoharjo

Orang Tua Keluhkan Harga Seragam Batik Sukowati Tembus Rp150 Ribu

Rabu, 09 Juli 2025 | 16:17 WIB
header img
Salah satu wali murid menunjukkan seragam sekolah yang dibelinya, mengeluhkan mahalnya harga seragam batik Sukowati yang tembus Rp150 ribu hanya untuk atasan.Foto:iNews/Joko P

SRAGEN, iNewsSragen.id – Memasuki tahun ajaran baru 2025/2026, sejumlah orang tua siswa di Kabupaten Sragen mengeluhkan mahalnya harga seragam sekolah, khususnya seragam batik Sukowati. Keluhan mencuat lantaran harga batik dinilai jauh lebih mahal dibandingkan seragam lainnya seperti merah putih dan pramuka.

Rofik, salah satu orang tua siswa, menyebut bahwa harga seragam batik Sukowati yang dijual di toko mencapai Rp150.000 hanya untuk atasan saja.

“Batik harganya Rp150.000, itu hanya atasan saja. Kalau dua stel seragam biru putih dan pramuka totalnya Rp277.000,” ungkapnya, Rabu (9/7/2025).

Hal serupa diutarakan Mulyani, orang tua siswa lainnya. Ia mengatakan harga seragam batik lebih mahal dibandingkan merah putih dan pramuka untuk siswa tingkat SD.

“Kalau seragam SD satu stel sekitar Rp100.000-an, kalau batik belum beli, karena di toko juga kosong. Dari sekolah pun bilang harganya memang lebih mahal,” katanya.

Menurut pengakuan para wali murid, pihak sekolah tidak menyediakan seragam sekolah, sehingga para orang tua harus mencarinya sendiri ke toko-toko pakaian.

“Di sekolah tidak menyediakan. Jadi harus cari dan beli sendiri di toko,” jelas Mulyani.

Juliana, salah satu karyawan toko seragam di kawasan Shopping Sragen.Foto:iNews/Joko P

Sementara itu, Juliana, salah satu karyawan toko seragam di kawasan Shopping Sragen, membenarkan bahwa harga seragam batik Sukowati memang lebih mahal dibandingkan jenis seragam lainnya.

“Atasan batik SMP harganya Rp150.000, kalau untuk SD atasan sekitar Rp80.000. Itu baru atasan saja,” jelas Juliana.

Ia menyebut bahwa tingginya harga disebabkan oleh mahalnya bahan kain batik Sukowati, yang kemudian dikonveksi sendiri oleh toko.

“Kainnya dari sana (pemasok) sudah mahal, kita beli bahan batiknya dulu baru dijahit. Karena mahal, penjualannya pun tidak banyak,” pungkasnya.

Lonjakan harga seragam batik ini pun menjadi perhatian warga, terlebih menjelang tahun ajaran baru yang menuntut pengeluaran tambahan. Banyak orang tua berharap adanya regulasi harga atau subsidi dari sekolah, agar beban ekonomi tidak semakin berat di tengah kebutuhan pendidikan yang meningkat.

Editor : Joko Piroso

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut