Polemik Pabrik Semen Pracimantoro: Warga Terbelah, Doa Menggema di Tengah Krisis

WONOGIRI, iNewsSragen.id – Rencana pembangunan pabrik semen di wilayah Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, memunculkan konflik kepentingan di tengah masyarakat. Di balik janji investasi dan pembangunan ekonomi, tersimpan kisah pilu tentang warga yang kini mulai terpecah dan lingkungan karst yang terancam.
Ketua Paguyuban Cinta Pracimantoro, Permadi, menyampaikan bahwa sejak kabar rencana pembangunan pabrik semen mencuat, warga mulai terbelah menjadi dua kelompok—pro dan kontra. Pihak yang mendukung menilai kehadiran pabrik sebagai peluang ekonomi yang menjanjikan, mulai dari lapangan kerja hingga peningkatan roda bisnis lokal. Namun kelompok lainnya bersikukuh menolak, demi menjaga keberlangsungan kawasan karst Pracimantoro yang kaya potensi geologi dan sumber air tanah.
"Ini bukan semata-mata soal pro dan kontra, tapi soal masa depan lingkungan dan kerukunan warga. Yang dulunya guyub, sekarang mulai renggang. Ini sangat memprihatinkan," ungkap Permadi, Selasa (29/07/2025).
Bentangan kawasan karst Pracimantoro selama ini menjadi penyangga ekosistem penting, tempat resapan air, dan rumah bagi keanekaragaman hayati. Warga yang menolak pembangunan pabrik mengkhawatirkan rusaknya tatanan alam dan ancaman terhadap ketersediaan air bersih. Tak hanya itu, mereka juga mencemaskan potensi bencana ekologis jika eksploitasi tambang berlangsung besar-besaran.
Sebagai bentuk keprihatinan dan ikhtiar spiritual, puluhan warga yang tergabung dalam Paguyuban Cinta Pracimantoro menggelar istighosah atau doa bersama. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap Kamis Wage, sebagai bentuk harapan agar konflik sosial tak semakin dalam dan agar rencana yang berpotensi merusak lingkungan bisa dihentikan.
"Kami hanya ingin Pracimantoro tetap lestari, alamnya terjaga, dan warga tetap rukun. Kami tidak anti-investasi, tapi investasi juga harus manusiawi dan berpihak pada keberlanjutan," tegas Permadi.
Istighosah ini digelar secara sederhana di salah satu titik yang masih masuk dalam kawasan pegunungan karst. Dengan khidmat, warga berdoa agar para pemangku kebijakan membuka mata dan mendengar aspirasi rakyat kecil.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah daerah mengenai izin dan tahapan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) proyek tersebut. Namun gelombang penolakan terus bergulir dari berbagai elemen masyarakat dan aktivis lingkungan.
Konflik sosial yang mulai meruncing ini menjadi pengingat bahwa pembangunan harus memperhatikan keberimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian alam. Jika tidak, yang akan diwariskan ke generasi berikutnya hanyalah kerusakan dan perpecahan.
Editor : Joko Piroso