Workshop Perfilman Ngawi 2025 , Embrio Lahirnya Forum Sineas di Ngawi

NGAWI, iNewsSragen.id - Untuk menyatukan para sineas agar tidak berjalan sendiri- sendiri, dan tonggak penting lahirnya forum sineas di Ngawi, Komunitas Kacacekung yang merupakan kelompok pemutar dan distribusi film Indonesia menggandeng Jogja Film Akademi (JFA), Community Forum JAFF, dan BSM Yogyakarta, mengelar workshop perfilman di SMAN 01 Ngawi, Sabtu (30/8).
Sebanyak 55 sineas kabupaten Ngawi dari kalangan pelajar, guru dan komunitas mendapat bimbingan langsung dari praktisi film nasional selama satu hari dalam kegiatan bertajuk Belajar Mencipta, Belajar Berkarya.
Tiga narasumber dihadirkan dalam workshop ini yaitu Edy Wibowo – Art Director peraih Piala Citra FFI 2019, Suharmono– Akademisi film JFA dan Ardian Friatna, Dosen JFA, ahli penulisan skenario & sinematografi.
Selain SMAN 1 Ngawi, kegiatan ini juga didukung oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dan Dinas Komunikasi, Informasi, Statistik, dan Persandian Kabupaten Ngawi.
Pendiri Komunitas Kacacekung, A.M Mustofa, menyebut workshop itu sebagai langkah awal untuk menyatukan sineas Ngawi yang selama ini berjalan sendiri-sendiri. Menurutnya sineas Ngawi selama ini tersebar di berbagai penjuru dan belum memiliki ruang bersama. "Ekosistem perfilman di sini masih terpisah-pisah, sehingga sulit berkembang," terangnya.
Selain itu workshop ini juga menjadi ajang temu komunitas, juga memberikan pengalaman langsung bagi peserta tentang proses produksi film. Mulai dari ide cerita, penyusunan naskah, hingga teknik pengambilan gambar.
"Harapannya, para peserta tidak hanya belajar teori, tapi juga memahami bagaimana memproduksi film secara profesional dan proporsional," tambah Asfi.
Wakil Direktur Bidang Akademik Jogja Film Akademi, Suharmono, menuturkan bahwa kegiatan di Ngawi ini merupakan bagian dari rangkaian tur JFA ke berbagai kota. Tujuannya untuk memperkuat ekosistem perfilman di daerah agar tidak terpusat hanya di Jakarta, Bandung, atau Jogja. "Sekarang ini kita sudah memasuki era audio-visual, kebutuhan konten sangat tinggi," terangnya.
Dia mengatakan bahwa produksi film Indonesia masih sangat kecil dibanding jumlah layar bioskop yang sudah lebih dari 2.500. Akibatnya, bioskop banyak diisi film luar negeri. Kondisi tersebut terjadi karena keterbatasan sumber daya manusia di bidang perfilman. Kru, aktor, hingga sutradara masih terbatas, sehingga setiap kali ada produksi baru sering terjadi perebutan tenaga kreatif. Kalau satu pemain sudah kontrak di film A, maka tidak bisa terlibat di film lain. "Karena itu, kami ingin mendorong lahir lebih banyak kreator film di Indonesia, termasuk dari daerah seperti Ngawi," ujarnya.
Dikesempatan yang sama, kepala.dinas kominfo kabupaten ngawi , wahyu s kuncoro mengatakan mengapresiasi kegiatan ini, menurutnya potensi yang ada di Ngawi bisa diangkat melaui kegiatan perfilman.
"Saya mengapresiasi kegiatan workshop ini, karena potensi yang ada di Ngawi bisa diangkat melaui dunia perfilman, baik itu sejarah maupun kekinian, apalagi beberapa kali kita sudah punya event - event film seperti lomba film pendek pendek yang dibuat oleh remaja dan pelajar," kata Wahyu.
Begitupun sambutan positif disampaikan oleh kepala sekolah SMAN 1 Ngawi, Tjahjono Widijanto yang melihat kegiatan ini sebuah peristiwa langka dan layak untuk dijaga keberlanjutanya.
"Bagi kami ini adalah sesuatu yang langka dimana kita bertemu dengan tokoh perfilman yang luar biasa, dengan kegiatan ini kami mengharapkan ada talenta talenta dari ngawi dan menciptakan seni sinema yang berkualitas dan bagi SMAN 1 Ngawi merasa terhormat karena mendapat kesempatan pertama untuk embrio kegiatan semacam ini di Ngawi," kata Tjahjono usai membuka workshop ini.
Editor : Joko Piroso