get app
inews
Aa Text
Read Next : Pelapor Minta Ijazah dan Status Advokat Asal Sukoharjo Terpidana Pemalsu Dokumen Kuliah Dibatalkan

Dalang Legendaris Ki Anom Suroto Tutup Usia, Pernah Mendalang di 5 Benua

Kamis, 23 Oktober 2025 | 12:18 WIB
header img
Tangkapan layar, almarhum Ki H. Ageng Anom Suroto Lebdonagoro.Foto:istimewa

SUKOHARJO,iNewsSragen.id – Dunia pedalangan Indonesia berduka. Dalang kondang Ki H. Ageng Anom Suroto Lebdonagoro, maestro wayang kulit asal Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, wafat di usia 77 tahun, Kamis (23/10/2025) pagi, sekira pukul 07.00 WIB.

Kabar duka itu dibenarkan oleh Kepala Desa Makamhaji, Agus Purwanto, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat. "Ya benar," kata Kades yang akrab dengan panggilan 'Simbah' tersebut.

Anom Suroto yang dikenal sebagai ikon pewayangan modern ini meninggalkan enam anak, salah satunya dalang muda MPP Bayu Aji yang mewarisi darah seni sang ayah.

Jenazah almarhum rencananya akan dimakamkan di Makam Depokan, Juwiring, Klaten, berangkat dari rumah duka di Makamhaji pada pukul 15.00 WIB.

Nama Anom Suroto sudah melegenda jauh sebelum era digital. Kariernya menembus batas geografis dan budaya. Ia tercatat sebagai satu-satunya dalang Indonesia yang pernah pentas di lima benua, memperkenalkan wayang kulit ke panggung dunia.

Pada tahun 1991, ia tampil di Amerika Serikat dalam ajang KIAS (Kebudayaan Indonesia di AS). Pertunjukan serupa juga ia pentaskan di Jepang, Spanyol, Jerman Barat, Australia, dan terakhir di Rusia pada 2018. Ia juga pernah dikirim ke India, Nepal, Thailand, Mesir, dan Yunani untuk memperdalam filosofi dewa-dewa dalam pewayangan.

Karier profesionalnya dimulai sejak 1968, ketika ia lolos seleksi ketat untuk tampil di Radio Republik Indonesia (RRI). Sepuluh tahun kemudian, ia diangkat menjadi abdi dalem Penewu Anon-anon bergelar Mas Ngabehi Lebdocarito.

Puncak pengakuan datang pada 1995, ketika Presiden Soeharto menganugerahinya Satya Lencana Kebudayaan RI atas dedikasi luar biasa dalam melestarikan dan memajukan seni pedalangan.

Popularitasnya pun tak tertandingi. Dalam Angket Wayang pada Pekan Wayang Indonesia VI tahun 1993, Anom Suroto terpilih sebagai dalang paling disayangi penonton. Di organisasi profesi, ia juga aktif sebagai Ketua III Pengurus Pusat PEPADI periode 1996–2001.

Sebagai bentuk penghargaan budaya, pada 1997 Keraton Surakarta mengangkatnya sebagai Bupati Sepuh dengan gelar kehormatan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Lebdonagoro.

Kepergian Anom Suroto bukan hanya kehilangan bagi dunia pewayangan, tetapi juga bagi kebudayaan Indonesia. Ia meninggalkan jejak panjang sebagai duta seni yang membawa wayang kulit berkelana hingga ke lima benua—membuktikan bahwa nilai-nilai budaya Jawa bisa berbicara dalam bahasa universal.

Editor : Joko Piroso

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut