Ketahanan Pangan di Sragen Terancam, Panen Melon Premium Tak Terserap MBG
SRAGEN, iNewsSragen.id - Program ketahanan pangan yang digagas Presiden mulai menunjukkan hasil positif di Sragen. Di Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, sebanyak 24 petani berhasil mengubah lahan tidur menjadi sentra melon premium dengan hasil panen melimpah.
Namun, di tengah keberhasilan itu, para petani justru menghadapi masalah serius: hasil panen belum terserap oleh pasar, termasuk oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kini mulai berjalan di Sragen.
Kelompok Tani Pemuda Brojodento bersama petani lokal telah mengoperasikan 11 greenhouse dan lahan open field. Mereka menanam varietas melon unggulan seperti sweet hammy dan sweet lavender dengan kapasitas panen 2–3 ton melon setiap minggu.
Sigit Haryanto (35), perwakilan kelompok tani, mengungkapkan bahwa melon diproduksi dengan sistem grading. Grade A dijual Rp25.000/kg, namun grade B dan C yang kualitasnya juga manis dan terukur dengan alat pengecekan kemanisan justru sulit terserap pasar.
“Melon grade B masih bagus, tapi pasarnya susah. Kalau panen besar, kami bingung jual yang grade B dan C ke mana,” keluh Sigit.
Harga grade B turun menjadi Rp18.000–Rp20.000/kg, dan grade C lebih rendah lagi. Selama ini, penjualan hanya mengandalkan media sosial, pengepul, hingga tengkulak kecil. Ketika panen melimpah, petani kesulitan mengembalikan modal produksi yang tergolong besar.
“Kami perlu perhatian. Kami siap menyuplai melon untuk program pemerintah agar hasil panen tidak terbuang,” tambah Sigit.
Anggota DPRD Sragen, Fathurohman.Foto:iNews/Joko P
Situasi ini mendapat respon dari anggota DPRD Sragen, Fathurohman. Ia menilai bahwa panen melon Desa Jambanan harus disinergikan dengan program MBG yang dananya bersumber dari APBN.
“Ini ketahanan pangan. Saat MBG berjalan dan butuh suplai bahan pangan, maka produk petani lokal harus diprioritaskan. Melon grade B dan C sangat layak, tinggal diiris dan dibagikan untuk anak sekolah,” ujarnya.
Kepala Desa Jambanan, Sugino Welly, menegaskan bahwa ini adalah bentuk nyata pemberdayaan ekonomi desa.
“Jangan ambil dari luar terus. Ini jerih payah petani Jambanan. Dari bawah, untuk rakyat,” tegasnya.
Para petani berharap Pemerintah Kabupaten Sragen mendorong dapur SPPG MBG untuk menyerap hasil panen lokal, agar panen besar yang kini mencapai puncak tidak sia-sia.
Editor : Joko Piroso