BANYUWANGI, iNewsSragen.id - Deretan julukan Banyuwangi, sebuah kawasan yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Ia berbatasan langsung dengan Selat Bali yang membuatnya menjadi destinasi wisata menarik di Jawa Timur.
Tak hanya soal alam, Banyuwangi juga dikenal dengan keragaman budaya, seni, dan tradisi. Karena itu, mari mengenal Banyuwangi berdasarkan julukan yang disematkan padanya. Apa saja? Ini ulasannya, seperti dikutip dari berbagai sumber.
Julukan satu ini, erat kaitannya dengan sejarah Banyuwangi di masa lalu. Pada abad ke-18, kawasan ini dikuasai Kerajaan Blambangan bercorak Hindu yang berada di bawah Kerajaan Majapahit.
Julukan Banyuwangi. (Foto: Kawah Wurung, Banyuwangi/Instagram/@hanalands)
Ketika Majapahit runtuh pada akhir abad ke-15, Blambangan masih teguh berdiri dan menjadi satu-satunya kerajaan Hindu yang masih bertahan di Pulau Jawa. Berdasarkan laporan penulis Portugis, Tome Pires, kerajaan ini mencapai kejayaannya di bawah kekuasaan Raja Bima Koncar.
Di bawah kendali putranya, Menak Pentor, Blambangan memperluas kekuasaannya hingga Lumajang dan Panarukan. Pria itu kemudian berhasil membawa Blambangan menjadi kerajaan kuat dan makmur.
2.The Sunrise of Java
Lokasinya yang terletak di ujung timur Pulau Jawa membuatnya menjadi titik pertama terbitnya matahari dibandingkan kawasan lain di Pulau Jawa. Alasan inilah yang membuatnya dijuluki The Sunrise of Java.
Julukan Banyuwangi. (Foto: Kawah Ijen, Banyuwangi/Instagram/@haikalrk_)
Ada tujuh titik yang bisa traveler datangi untuk menikmati sunrise terbaik di Banyuwangi, dari Pantai Plengkung, Pantai Pulau Merah, Dermaga Cinta, Gunung Ijen, Pantai Gumuk Kantong, Taman Nasional Baluran, hingga Pantai Watu Dodol.
3.Kota Gandrung
Julukan ini disematkan pada Banyuwangi karena tarian khasnya, tari Gandrung. Pada masanya, tarian ini dibawakan Suku Osing, penduduk asli Banyuwangi, sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Julukan Banyuwangi. (Foto: Taman Gandrung Terakota, Banyuwangi/Instagram/@bragasta_ma)
Tari Gandrung dibawakan berpasangan antara perempuan yang disebut penari gandrung dan laki-laki alias pemaju. Namun mengutip buku Joh Scholte berjudul Gandroeng van Banjoewangi, tarian ini berkembang menjadi tari Gandrung lanang yang dibawakan laki-laki berpakaian perempuan.
Namun tarian Gandrung lanang ini perlahan menghilang ketika ajaran Islam yang masuk ke Blambangan. Namun tarian Gandrung lanang ini baru benar-benar hilang sekitar tahun 1914. Sementara tarian Gandrung perempuan masih terpelihara hingga kini.
Pada 1764, Blambangan diserang oleh kerajaan lain di sekitarnya yang membuat penduduknya melarikan diri dan tersebar ke beberapa tempat. Mengutip jurnal Evan Permana berjudul Tribute to East Java Heritage, sebagian hijrah ke lereng Gunung Bromo dan kini dikenal sebagai suku Tengger.
Lainnya, melarikan diri ke Bali dan beberapa memilih tetap bertahan di Kerajaan Blambangan. Penduduk yang tetap bertahan inilah yang merupakan cikal bakal suku Osing di Banyuwangi. Saat ini, suku Osing ini masih bisa ditemukan di kawasan Desa Kemiren.
Julukan Banyuwangi. (Foto: Taman Nasional Baluran, Banyuwangi/Instagram/@nandadiandra_)
Banyuwangi mendapat julukan Kota Banteng karena keberadaan Banteng Jawa yang menghuni kawasan Taman Nasional Purwo Alas Purwo. Berdasarkan data monitoring pihak taman nasional dan Copenhagen Zoo, pada Mei 2022, ada 196 hingga 208 ekor Banteng Jawa yang ada di Banyuwangi.
Mungkin, Anda awam dengan julukan Banyuwangi satu ini, Kota Santet. Bahkan julukan itu sudah dikenal sejak era Orde Baru. Namun keberadaan para dukun santet di Banyuwangi ini berujung pembantaian pada 1998.
Julukan Banyuwangi. (Ilustrasi: Santet/Freepik)
Bermula dari pendataan para dukun santet oleh Purnomo Sidik, Bupati Banyuwangi, pada 6 Februari 1998. Data itu justru bocor kepada pihak yang kemudian membunuh 85 orang yang diduga dukun santet di Banyuwangi.
Banyuwangi juga dijuluki sebagai Kota Pisang karena menjadi pusat penghasil pisang pada era ‘80-an. Bersama Malang, Pasuruan, Lamongan, Lumajang, dan Ponorogo, Banyuwangi tercatat sebagai penghasil pisang terbesar untuk Jawa Timur.
ulukan Banyuwangi. (Ilustrasi: Pisang/Freepik)
Mengutip data BPS, produksi pisang Jawa Timur pada 2021 mencapai 2,04 juta ton. Meski tak lagi sebagai penghasil utama, namun Banyuwangi mengembangkan beberapa jenis pisang baru, termasuk Cavendish.*
Editor : Joko Piroso