BEIJING, iNewsSragen.id- China berduka, Mantan presiden China Jiang Zemin meninggal dunia pada Rabu (30/11/2022). Kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi China karena Jiang sosok yang berjasa besar mereformasi ekonomi China. Jiang lahir pada 17 Agustus 1926 di Kota Yangzhou, menjabat Presiden China dari 1993-2003.
Jiang Zemin pernah bekerja di pabrik makanan, sabun, dan terakhir di pabrik mobil. Dia juga sempat menjadi wali kota Shanghai pada 1985-1989. Dia memimpin China keluar dari isolasi setelah demonstrasi pro-demokrasi yang dimotori mahasiswa di Lapangan Tiananmen pada 1989 serta mendukung reformasi ekonomi yang memicu pertumbuhan yang signifikan.
Tak banyak data tentang keluarganya, namun paman dan ayah angkatnya, Jiang Shangqing, terbunuh dalam perang saudara pada 1939. Setelah lulus dari Fakultas Elektro Universitas Jiaotong di Shanghai pada 1947, Jiang masuk dunia industri yang dikendalikan pemerintah.
Naiknya Jiang ke tampuk pimpinan Partai Komunis China (PKC) kemudian menjadi presiden merupakan momen yang tak diduga sebelumnya. Dia menggantikan pendahulunya Zhao Ziyang yang digulingkan setelah dituduh mendukung demonstrasi mahasiswa.
Sosok di balik naiknya Jiang adalah Deng Xiaoping. Dia mendapat mandat dari sang pemimpin tertinggi saat itu untuk menyatukan partai dan bangsa.
Selain melakukan reformasi ekonomi yang berorientasi pasar, Jiang juga dianggap berjasa karena berhasil merebut Hong Kong dari Inggris pada 1997 serta membawa China ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 2001.
Selama 13 tahun menjabat Sekjen PKC, jabatan tertinggi di China, Jiang memandu kebangkitan China menjadi salah satu kekuatan ekonomi global dengan lebih toleran pada sistem kapitalisme serta menarik investasi asing.
Meski China menjadi negara terbuka, pemerintahan Jiang tetap ketat di dalam. Dia membungkam kebebasan perbedaan, memenjarakan aktivis HAM, buruh, aktivis pro-demokrasi serta melarang gerakan spiritual Falun Gong yang dipandang sebagai ancaman terhadap eksistensi Partai Komunis.
Meski mundur dari politik pada 2004, Jiang tetap memberikan pengaruh besar di China namun dari balik layar.
Sosok mantan manajer perusahaan sabun itu menyerahkan kekuasaan sekjen PKC secara damai kepada Hu Jintaopada 2002. Setahun kemudian Hu menjadi presiden.
Namun setelah itu Jiang tetap mempertahankan pengaruh dengan tetap menjabat ketua Komisi Militer Pusat guna mengendalikan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang beranggotakan 2,3 juta personel.
Namun Jiang terpaksa melepaskan jabatan itu pada 2004 menyusul adanya keluhan bahwa kebijakannya mungkin memecah belah pemerintah. Dia disebut sempat frustrasi karena Deng memilih Hu Jintao sebagai pemimpin berikutnya. Itu menjadi penghambat baginya untuk menaruh orang dekatnya di pucuk pimpinan PKC.
Satu momen yang paling dikenang adalah saat berkunjungan ke Inggris, dia berusaha membujuk Ratu Elizabeth II untuk bernyanyi karaoke.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait