Camat Sukoharjo Kota, Havid Danang PW mengungkapkan, bahwa kedua orang tua Fitri sudah meninggal dunia. Sedangkan saudara-saudaranya tidak ada yang merawat.
"Sebatang kara dia, keluarga tidak ada yang mau merawat. Akhirnya ada kesepatakan di RT, dirawat warga dengan sistem piket. Tapi lama-lama juga tidak bertahan. Akhirnya, diserahkan ke pemerintah," kata Havid.
Menurut Havid, semula Dinsos telah melakukan intervensi dengan membawa Fitri ke Panti. Namun karena di Panti juga terbatas, maka dikembalikan ke rumah.
Belakangan, ada warga Solo yang tidak punya rumah bersedia tinggal dirumah Fitri dan merawatnya. Kesepakatan dengan warga, akan diberi sebagian kepemilikan dari rumah Fitri
"Warga menduga ada itikad kurang baik dari yang merawat Fitri. Akhirnya hasil koordinasi dengan kelurahan dan Dinsos, Fitri akan di bawa ke Panti lagi. Namun belum sempat terealisasi malah ada kejadian ini, padahal panti yang di Semarang sudah siap, tinggal mengantar Fitri saja," sambungnya.
Dugaan Fitri menjadi korban penganiayaan bermula pada, Jumat (17/3/2023), Havid menerima laporan dari warga, bahwa kedua kelopak mata Fitri lebam, dan ada bekas sayatan di punggung.
"Kemudian, Sabtu (18/3/2023) langsung di bawa ke RSUD Ir. Soekarno," imbuh Havid.
Terpisah, Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan mengatakan, dugaan sementara ada kemungkinan Fitri menjadi korban penganiayaan. Disisi lain, Fitri selama ini diketahui juga menderita epilepsi sehingga perlu dilakukan penyelidikan dan pendalaman.
"Kami akan mengumpulkan keterangan dari para saksi terkait dulu," pungkas Kapolres.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait