SRAGEN, iNewsSragen.id - Punden Pucanganom yang terletak di wilayah Kebayanan Guli, Desa Gemantar, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen ternyata menyimpan sejarah menarik.
Sebelum membahas lebih jauh, lihat dulu apa itu yang dimaksud dengan 'Punden'. Kata Punden berasal dari bahasa Jawa, yang memiliki arti secara umum yaitu tempat terdapatnya makam orang yang dianggap sebagai cikal bakal masyarakat desa.
Seperti halnya Punden Pucanganom sampai saat ini masih dijaga dan dirawat oleh warga setempat untuk digunakan sebagai kegiatan nguri-uri kebudayaan Jawa seperti Nyadranan, Sedekah Desa dan kearifan lokal lainnya.
Warga masyarakat khususnya Kebayanan Guli menganggap bahwa keberadaan Punden tersebut harus dilestarikan dan dijaga kesakralannya karena sebagai bentuk menghargai leluhur yang dulu menjadi cikal bakal adanya Desa tersebut.
Disekeliling Punden ini secara alami juga tumbuh beberapa pohon keramat yang menguatkan aura kesakralan dan kesejukan.
Lantas, seperti apa sejarah Punden Pucanganom menurut cerita turun temurun yang dipercayai oleh masyarakat?
Menurut beberapa tokoh sesepuh di wilayah tersebut menerangkan, bahwa Punden Pucanganom dahulunya dibangun/dipugar oleh Mbah Sudarto, yaitu mantan Kepala Desa/Lurah Sepuh Pertama, begitu julukannnya pada tahun 1977.
Diceritakan bahwa pada masa lampau ada 2 orang pertapa yang bersemedi di tempat tersebut.
Dua pertapa itu bernadzar bila terkabul keinginan dan do’anya maka akan menggelar pesta dengan hiburan wayang kulit. Setelah keinginan dan do’anya terkabul maka pertapa ini menggelar wayang kulit dengan tatakan wayang berasal dari pohon pucang yang masih muda.
Pohon pucang dikenal juga dengan nama pohon pinang. Karena memakai tatakan wayang dari pohon pinang muda sebagai pengganti gedebog pisang, maka sejak saat itu wilayah dukuh ini dinamakan dengan Punden Pucanganom, ditandai dengan adanya makam yang kini terawat baik oleh warga sekitar, yang setiap tahunnya pada hari Jumat Pahing dipakai untuk Sedekah Desa, Nyadran dan kearifan lokal lainnya.
Sosok pertapa yang ada Punden Pucanganom dikenal masyarakat dengan nama Pangeran Ranukusumo dan Pangeran Brojokusumo, itu ditandai dengan adanya 2 buah makam yang saling berdampingan.
Mengenai silsilah Pangeran Ranukusumo dan Pangeran Brojokusumo, berasal dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pangeran Brojokusumo merupakan keponakan dari Pangeran Ranukusumo.
Mbah Sudarto (92) saat ditemui iNews Sragen di kediamannya pada Senin (20/11/2023) menceritakan, bahwa Pangeran Ranukusumo dan Pangeran Brojokusumo bertapa hingga muksa atau hilang jasadnya, sehingga masyarakat secara turun menurun mempercayai bahwa di tempat itu menjadi persemayaman terakhir Dua Pangeran tersebut.
Lebih lanjut, Mbah Sudarto menerangkan, Punden Pucanganom memiliki daya magic yang sangat kuat, ada pancaran aura positif yang bisa membawa ketentraman di masyarakat. Itu disebabkan karena selama ini masyarakat mau menjaga dan merawat Punden tersebut. Sebaliknya, jika ada seseorang yang memiliki niat merusak Punden tersebut, akan menerima malapetaka. Bukan hanya cerita omong kosong, Mbah Sudarto menyebut, kejadian itu dulu pernah terjadi dan dialami oleh seseorang yang merusak salah satu fasilitas Punden, dan akhirnya seseorang tersebut menjadi gila/stres.
Mbah Sudarto pun berpesan kepada semua pihak, apabila ada yang tidak suka dengan Punden tersebut paling tidak jangan merusaknya. Karena tempat tersebut merupakan warisan leluhur yang hingga kini masih menjadi pusat kebudayaan masyarakat sekitar, pungkasnya.
Editor : Sugiyanto
Artikel Terkait