BOYOLALI,iNewsSragen.id - Aksi unjuk rasa memprotes kebijakan pemerintah terkait impor susu dilakukan ratusan orang terdiri peternak sapi perah dan pengepul susu di Boyolali. Mereka membuang susu dengan cara untuk mandi terlebih dulu sebagai bentuk protes atas kebijakan pemerintah terkait impor susu.
Unjuk rasa dengan mandi dan membuang susu itu dilakukan warga diatas mobil bak terbuka yang biasanya digunakan sebagai sarana transportasi mengirim susu. Dalam aksi ini mereka membawa puluhan ton susu, Sabtu (9/11/2024).
Berbagai spanduk protes terlihat mereka bawa. Spanduk dengan beragam kata ungkapan protes itu terpasang di mobil-mobil bak terbuka yang juga digunakan membawa susu di lokasi aksi unjuk rasa.
Diantara spanduk itu bertuliskan, "Frisian Flag Indonesia Tolong Utamakan Susu, STOP SUSU IMPOR, Susu Gratis, Pikir Peternak Sapi Perah, Kalau Solusinya Cuma 'IMPOR' jadi Menteri ga Perlu Sekolah Tinggi," begitu bunyi tulisannya.
Gelombang protes peternak dan pengepul itu bermula dari pembatasan kuota penerimaan kiriman susu oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) salah satunya di Pasuruan, Jatim. Akibatnya, puluhan ton susu terbuang setiap harinya.
Sehari sebelumnya, para peternak juga melakukan aksi membagi-bagikan susu segar secara gratis kepada masyarakat di kawasan Simpang Lima Boyolali Kota, pada, Jum'at (8/11/2024) kemarin.
Mereka juga mendatangi Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali untuk menyampaikan keluhannya terkait pembatasan kuota pengiriman susu oleh IPS tersebut.
Salah satu pengurus Koperasi Unit Desa (KUD) Mojosongo, Sriyono, menyampaikan, para peternak anggota KUD ditempatnya, dalam satu hari dapat memproduksi 23 ton susu, tetapi yang diterima oleh IPS hanya sekira 16 ton saja. Sisanya terpaksa dibuang sia-sia.
"Situasi seperti ini juga terjadi di banyak koperasi lainnya di Boyolali dan bahkan di daerah lain seperti Salatiga. Masalah ini bukan hanya lokal, melainkan juga terjadi pada tingkat nasional," bebernya.
Dari data terkena dampak, produksi susu di Kabupaten Boyolali mencapai sekira 140 ton per hari. Namun, saat ini, hanya 110 ton susu yang dapat terserap oleh industri, sehingga ada sisa sekitar 30 ton susu yang terpaksa dibuang.
"Pengurangan kuota produksi (oleh IPS) ini telah dirasakan sejak bulan September 2024, namun perubahan paling drastis mulai terjadi pada akhir Oktober 2024. Seluruh IPS membatasi kuota yang diterima," ungkapnya.
Disebutkan, alasan pembatasan pada awalnya dikatakan karena ada perbaikan mesin. Dengan alasan perbaikan itu sehingga pihak IPS menyatakan berdampak langsung dengan penurunan penjualan di pasar.
"Ada kemungkinan peningkatan produk impor juga berdampak pada produksi susu lokal," ujarnya.
Atas kondisi itu, para peternak sapi perah meminta dukungan Pemkab Boyolali agar keluhan dan aspirasinya disampaikan kepada pemerintah pusat. Mereka berharap ada kebijakan yang membatasi impor susu dan lebih memprioritaskan produk susu lokal.
"Akibat situasi ini kami mengalami kerugian hingga ratusan juta," pungkasnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait