SOLO,iNewsSragen.id – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melalui Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) menggelar program “Muticultural Dialogue and Peacebuilding on Palestina” di tiga kota besar yaitu, Yogyakarta, Solo, dan Jakarta, pada 11-18 Desember 2024.
Program ini bertujuan memperkuat kapasitas kaum muda Palestina dalam membangun perdamaian melalui dialog, negosiasi, dan mediasi tanpa kekerasan.
Dijelaskan bahwa program ini merupakan rangkaian kegiatan Bina Damai bagi Palestina yang diluncurkan oleh LHKI PP Muhammadiyah dengan Lembaga Zakat, Infaq, dan Sedekah Muhammadiyah (LazisMu).
Sekretaris LHKI PP Muhammadiyah yang juga dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dra. Yayah Khisbiyah, M.A., salah satu penggagas program ini, menjelaskan bahwa pendekatan melalui dialog merupakan inovasi baru yang belum pernah dilakukan di Indonesia.
“Banyak dukungan untuk Palestina selama ini lebih berfokus pada bantuan kemanusiaan seperti sembako, obat-obatan, atau advokasi internasional," kata Yayah dalam keterangannya pada, Senin (16/12/2024).
Diakui, Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat sipil memiliki keterbatasan dalam menjangkau pihak-pihak yang terlibat langsung dalam konflik. Oleh karena itu, pendekatan people to people dengan meningkatkan kapasitas generasi muda Palestina menjadi alternatif yang dipilih.
Program ini, lanjutnya, mendapatkan pujian sebagai terobosan besar yang dilakukan oleh organisasi dari Asia. Biasanya, inisiatif serupa berasal dari organisasi di Eropa.
Dalam dialog itu hadir sejumlah narasumber diantaranya, Dr. Alhoucine Rhazoui (Director, OIC of Cultural Affairs), Mr. Mutasem Taem (Chairman of the Jerusalem Institute, Al Qudz University), Kayed al-Meary (Witness-Syahid Center For Zitizens Rights and Social Development) dan Yayah Khisbiyah (UMS & LHKI PP Muhammadiyah).
“Muhammadiyah tidak hanya mendukung Palestina dengan cara-cara tradisional. Program ini adalah langkah luar biasa yang bertujuan memberdayakan kaum muda Palestina agar mereka mampu mengatasi konflik secara mandiri dengan cara-cara nir kekerasan,” tambah Yayah
Selain fokus pada pendidikan dan kesehatan, ia juga menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat Palestina.
“Kami percaya bahwa perdamaian hanya dapat terwujud dengan memberdayakan komunitas melalui pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Resolusi konflik tanpa kekerasan adalah kunci untuk mengakhiri siklus kekerasan yang terus berulang,” katanya.
Lebih lanjut dijelaskan, dalam rangkaian program itu, Muhammadiyah juga merancang inisiatif pendirian Museum Palestina sebagai bentuk komitmen untuk mendokumentasikan sejarah dan perjuangan rakyat Palestina.
"Nama museum ini masih dalam tahap diskusi, dengan beberapa opsi seperti Museum Nakba Palestina atau Museum Genosida Palestina," pungkasnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait