SRAGEN, iNewsSragen.id – Tradisi adat yang biasanya digelar sederhana setelah panen atau tanam, kali ini berubah meriah di Dukuh Gabus Wetan, Desa Gabus, Kecamatan Ngrampal, Sragen. Ratusan warga dari berbagai usia tumpah ruah dalam kirab budaya keliling dukuh, Jumat (22/08/2025).
Iring-iringan dimulai dari Lapangan Dukuh Gabus Wetan. Sesepuh dukuh, pembawa pusaka, penabuh gamelan, hingga para ibu yang menggendong tenggok berisi hasil panen ikut berjalan bersama. Dua gunungan hasil bumi serta prosesi adat melewati tiga punden yaitu Punden Pandean, Punden Sentono, dan Punden Jegong menjadi bagian sakral dalam kirab ini.
Puncak acara digelar di Punden Pandean, yang juga dikenal dengan sebutan Ketapang Kembar. Di lokasi ini, warga melaksanakan tradisi jembulan. Dua batang pohon pisang dipasang tegak, ditancapi aneka makanan tradisional pisang, kerupuk, jajanan, hingga uang kertas pecahan Rp5.000 hingga Rp50.000.
Setelah doa bersama, ratusan warga langsung berebut makanan dan uang tersebut. Dua batang pisang pun roboh, disambut sorak-sorai warga yang berebut dengan penuh semangat.
Ratusan warga Dukuh Gabus Wetan, Ngrampal, Sragen, mengikuti kirab budaya keliling dukuh dengan membawa gunungan hasil bumi.Foto:iNews/Joko P
Ketua Panitia Kirab Budaya, Riko Mahananda, mengatakan tradisi jembulan merupakan tradisi tahunan yang biasanya dilakukan setelah panen. Namun, kirab budaya kali ini menjadi yang pertama setelah puluhan tahun, berkat inisiatif pemuda karangtaruna yang mendapat dukungan penuh dari orang tua dan sesepuh dukuh.
“Yang dikirab merupakan hasil bumi warga setempat. Prosesi kirab melewati tiga punden sebagai simbol penghormatan tradisi leluhur. Dua gunungan hasil bumi menjadi simbol pengantin pria dan wanita, supaya masyarakat rukun,” jelas Riko.
Sebanyak 500 warga terlibat dalam kirab budaya ini. Prosesi kemudian ditutup dengan pagelaran wayang kulit di lapangan desa. Menurut warga, acara ini menjadi simbol pelestarian budaya Jawa agar tidak hilang ditelan zaman.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait