SUKOHARJO,iNewsSragen – Musibah ambruknya bangunan tiga lantai yang meliputi mushola di asrama putra Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur pada Senin (29/9/2025) sore, menimbulkan keprihatinan yang mendalam.
Gedung yang masih dalam tahap pengecoran lantai tiga tersebut ambruk saat ratusan santri sedang melaksanakan Shalat Ashar berjamaah di mushola yang menyatu dengan struktur gedung. Tragedi ini menyisakan pertanyaan besar mengenai dugaan kegagalan konstruksi yang menjadi penyebab utama musibah tersebut.
Profesor Mochamad Solikin, Guru Besar Teknik Sipil dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), menilai bahwa kegagalan konstruksi bisa menimpa bangunan apapun, tidak terkecuali bangunan sederhana seperti Ponpes Al Khoziny.
Dalam keterangan tertulis yang diterima pada Senin (6/10/2025), Solikin mengungkapkan bahwa meski bangunan tampak sederhana, kegagalan konstruksi bisa terjadi jika perencanaan dan pelaksanaan tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam dunia teknik sipil.
Menurutnya, fenomena kegagalan konstruksi bukanlah hal baru. Ia memberikan contoh kasus pilar tol Becakayu yang runtuh saat pengecoran, serta peristiwa ambruknya Tacoma Bridge di Amerika Serikat.
"Kegagalan konstruksi bisa menimpa bangunan apapun, bahkan proyek besar sekalipun, jika aspek teknis diabaikan," ujar Solikin.
Hal ini menandakan bahwa kegagalan bangunan bukan hanya disebabkan oleh kekurangan dana atau kurangnya perhatian, namun lebih pada kelalaian dalam aspek teknis yang seharusnya dipatuhi.
Solikin menekankan pentingnya dilakukan pemeriksaan teknis menyeluruh atau forensic engineering untuk mengetahui penyebab pasti ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny.
"Proses ini, yang mirip dengan autopsi dalam dunia medis, diharapkan bisa mengungkap apakah kegagalan terjadi di tahap desain, material, atau pelaksanaan di lapangan," terangnya.
Solikin mengungkapkan bahwa desain bangunan adalah salah satu aspek yang sangat krusial. Ia menegaskan, dokumen perencanaan yang lengkap dan tepat adalah dasar dari keberhasilan sebuah proyek konstruksi.
"Jika sejak awal ada kekeliruan dalam desain, potensi gagal menjadi sangat besar. Desain yang buruk dapat menyebabkan kerusakan struktural pada bangunan dan berpotensi menyebabkan musibah," tegasnya.
Tak hanya desain, ia juga menyoroti pentingnya kualitas material dalam sebuah pembangunan. Ia mengingatkan bahwa meskipun sebuah proyek terlihat memenuhi standar, kualitas material yang digunakan harus teruji dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Solikin juga menekankan pentingnya keterlibatan profesional dalam setiap tahap pembangunan. Menurutnya, ada tiga pihak yang harus terlibat secara langsung: perencana, kontraktor, dan pengawas.
"Kontraktor tidak boleh mengawasi dirinya sendiri. Harus ada konsultan pengawas resmi yang kompeten agar kualitas dan keselamatan terjamin. Sayangnya, di lapangan seringkali prosedur ini diabaikan, terutama pada proyek dengan anggaran terbatas," bebernya.
Sebagai akademisi, Solikin menyatakan bahwa Fakultas Teknik UMS memiliki komitmen untuk terlibat dalam pendampingan masyarakat dalam hal teknis konstruksi. Program pengabdian masyarakat UMS memungkinkan dosen Teknik Sipil untuk memberikan bantuan teknis kepada lembaga pendidikan atau keagamaan yang membutuhkan.
"Kami siap membantu sesuai kapasitas akademik kami," tambahnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait