Dalam sambutannya, Bupati Sragen Sigit Pamungkas memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif masyarakat yang berhasil menyelenggarakan kegiatan berskala besar tersebut.
“Saya melihat festival ini sangat luar biasa. Ada 13 usaha batik yang menjadi sponsor utama dan ribuan warga yang hadir. Selama ini batik Sragen sering kalah pamor, padahal pengrajinnya justru terbanyak ada di sini,” tegasnya.
Menurut Bupati, melimpahnya produsen batik di Sragen merupakan kekuatan besar yang harus terus didukung melalui promosi, edukasi, serta pengembangan industri kreatif.
“Kalau orang bicara batik Solo Raya, maka pusatnya adalah Sragen. Pengrajinnya banyak, kualitasnya unggul, dan produknya beragam. Tagline ‘Sragen Pusat Batik Solo Raya’ harus terus kita gaungkan,” lanjutnya.
Bupati Sigit juga menekankan pentingnya regenerasi pengrajin batik agar budaya membatik tetap hidup mengikuti perkembangan zaman.
“Kalau jumlah pengrajin mulai menurun, kita harus mendidik generasi muda agar melestarikan batik. Banyak inovasi motif baru yang bisa dikembangkan untuk memperkaya khasanah batik Sragen,” tutupnya.
Festival Batik Pungsari 2025 menjadi bukti bahwa kolaborasi pemerintah desa, masyarakat, dan pengrajin batik dapat menciptakan momentum kebangkitan ekonomi sekaligus menjaga warisan budaya. Dari panggung sederhana di lapangan desa, gaung batik Pungsari kini semakin kuat terdengar — menuju Sragen sebagai pusat batik unggulan di Solo Raya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait
