SOLO, iNewsSragen.id - Prosesi Jumenengan Dalem Nata Binayangkare S.I.S.K.S. Paku Buwono XIV akan digelar besok di Keraton Kasunanan Surakarta. Namun, ada hal berbeda dari tradisi turun-temurun keraton: tarian sakral Bedhaya Ketawang dipastikan ditiadakan pada upacara jumenengan kali ini.
Ketua Panitia Jumenengan, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, menjelaskan bahwa peniadaan Bedhaya Ketawang dilakukan karena Keraton Solo masih berada dalam masa berkabung. Prosesi jumenengan yang dilaksanakan sebelum 40 hari mangkatnya raja, menurut adat, memang tidak disertai tarian sakral tersebut.
“Bedhaya Ketawang tidak ada, karena masih berkaitan dengan masa 40 hari. Prosesnya memang seperti itu,” ujar Timoer saat jumpa pers di Talang Paten, Keraton Solo, Jumat (14/11/2024).
Ia menegaskan, Bedhaya Ketawang merupakan tarian pusaka yang memerlukan ritual khusus serta sarat seremoni, sehingga tidak dapat dilakukan saat suasana berkabung. “Tarian itu memerlukan ritual khusus. Karena kami masih berkabung, maka tidak diadakan. Itu semua proses dalam kedaton,” jelasnya.
Selain peniadaan tarian sakral, gamelan di dalam kedaton juga tidak akan dibunyikan. Sebaliknya, gamelan di luar kedaton seperti Monggang tetap dimainkan sebagai bagian dari upacara resmi di area luar.
Timoer memastikan bahwa Bedhaya Ketawang tetap akan ditampilkan pada Tingalan Jumenengan PB XIV, yakni peringatan tahunan kenaikan takhta. Pada momen itulah tarian tersebut menjadi simbol legitimasi kekuasaan seorang raja.
Untuk rangkaian upacara besok, prosesi dimulai dari KGPAA Hamangkunegoro yang menjalani sejumlah ritual adat di Ageng Probo Suyoso, dilanjutkan menuju Kori Kemandungan dan kemudian ke Siti Hinggil atau Bangsal Manguntur Tangkil. Seluruh rangkaian di dalam kedaton berlangsung tertutup untuk umum.
Di Siti Hinggil, PB XIV akan memberikan sabda dalem, yakni ikrar dan sumpah sebagai raja yang mewarisi takhta Kasunanan Surakarta. Setelah duduk di dampar sebagai simbol pengukuhan, prosesi dilanjutkan dengan kirab menuju Kota Solo.
PB XIV akan menaiki kereta kencana Garuda Kencana dan mengenakan Ageman Takwa, busana kebesaran khas raja dalam tradisi keraton.
“Setelah bersabda dan duduk di dampar, beliau akan dikirab naik Garuda Kencana. Untuk ageman, yang digunakan adalah Ageman Takwa,” pungkas Timoer.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait
