get app
inews
Aa Text
Read Next : Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-79 Perdana IKN Disaksikan di Pendopo Sumonegaran

Goa Selarong di Bantul, Saksi Sejarah Perlawanan Pangeran Diponegoro Terhadap Belanda

Rabu, 28 September 2022 | 18:29 WIB
header img
Goa Selarong lebih dikenal sebagai salah satu objek wisata alam dan religi. Foto: iNewsYogjakarta

BANTUL, iNewsSragen.id- Goa Slarong di wilayah Bantul, Yogyakarta merupakan satu dari sekian banyak tempat bersejarah yang ada di Indonesia. Terletak di Padukuhan Kembangputihan, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pajangan, Bantul goa ini dijadikan tempat mengatur siasat oleh Pangeran Diponegoro melawan pasukan Belanda pada tahun 1825-1830.

Suasana mistis sangat kental di area Goa Selarong Bantul Yogyakarta ini, bahkan menurut cerita yang beredar konon goa ini tidak kasat mata, dan tampak buntu apabila dilihat dari luar. Namun Pangeran Diponegoro beserta pasukannya bisa keluar dan masuk seakan goa ini memiliki pintu gaib untuk bersembunyi.

Perang besar antara pasukan Pangeran Diponegoro dan tentara Belanda atau dikenal sebagai Perang Jawa, diawali dengan pencabutan patok-patok jalan yang dipasang Belanda oleh pasukan Pangeran Diponegoro.

Akibat aksi nekat dan keberaniannya mencabut patok-patok Belanda itu, terjadi peristiwa pembakaran kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo pada bulan Juli 1825.

Namun, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Residen Chevallier tak menemukan Pangeran Diponegoro beserta istrinya. Pangeran Diponegoro terlebih dahulu melarikan diri ke arah barat hingga menemukan tempat yang aman yaitu Goa Selarong.

Kala itu, kepergian Pangeran Diponegoro diikuti oleh masyarakat keraton yang berjumlah 77 orang. Dengan segera, Pangeran Diponegoro langsung membangun pertahanan dan menyusun strategi pembalasan di Goa Selarong.

Selama mengungsi di Goa Selarong Bantul Yogyakarta, pasukan Pangeran Diponegoro bertambah jumlahnya bahkan sampai ribuan dari masyarakat sekitar goa.

Selama bersembunyi di Goa Selarong Bantul Yogyakarta, tercatat pasukan Belanda pernah melancarkan serangan sebanyak 3 kali. Namun, upaya tersebut gagal karena Pangeran Diponegoro telah pergi ke goa sekitarnya.

Uniknya, Goa Selarong yang digunakan sebagai persembunyian Pangeran Diponegoro ini memiliki ukuran yang cukup kecil. Bahkan sebetulnya tidak cocok jika diberi label goa. Bentuk Goa Selarong sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu goa Kakung dan goa Putri.

Di mana kedalaman dua goa ini hanya 1,5 meter, goa Kakung yang ditempati Pangeran Diponegoro dan pasukannya memiliki lebar 2 meter dan goa Putri yang digunakan untuk istri Pangeran Diponegoro, R.A Ratnangingsih memiliki ukuran 3 meter persegi.

Di Goa Selarong dibentuk beberapa batalyon yang dipimpin oleh Ing Ngabei Joyokusumo, Pangeran Prabu Wiromenggolo, dan Sentot Prawirodirjo dengan pakaian dan atribut yang berbeda. Sepanjang bulan Juli 1825 hampir seluruh pinggiran kota diduduki oleh pasukan Diponegoro. 

Markas besar Pangeran Diponegoro di Goa Selarong dipimpin oleh lima serangkai yang terdiri dari Pangeran Diponegoro sebagai ketua markas, Pangeran Mangkubumi merupakan anggota tertua sebagai penasihat dan pengurus rumah tangga, Pangeran Angabei Jayakusuma sebagai panglima pengatur siasat dan penasihat di medan perang, Alibasah Sentot Prawirodirjo yang

sejak kecil dididik di Istana dan setelah perang Diponegoro bergabung dengan Pangeran Diponegoro dan Kyai Modjo sebagai penasihat rohani pasukan Pangeran Diponegoro.

Pada tanggal 7 Agustus 1825, pasukan Diponegoro dengan kekuatan sekitar 6.000 orang menyerbu negara Yogyakarta dan berhasil merebutnya dari Belanda. Meski demikian Pangeran Diponegoro tidak menduduki kota Yogyakarta, hanya saja, Sultan Hamengkubuwono V berhasil diselamatkan dan diamankan di Benteng Vredeburg dengan pengawalan ketat dari Keraton.

Sempat frustasi terhadap serangan yang dilancarkan pasukan Diponegoro, pihak Belanda mencoba mengirim surat untuk menawarkan perdamaian. Namun dengan tegas Pangeran Diponegoro menolaknya.

Karena penolakan itu, Jenderal De Kock memerintahkan Presiden Chevallier beserta pasukannya untuk menyerang Selarong. Namun selalu gagal karena pasukan Diponegoro sudah berpencar di berbagai daerah.

Menurut cerita Babad Tanah Jawa, selanjutnya Pangeran Diponegoro mendirikan markas di Dekso yang berlangsung kurang lebih 10 bulan dari tanggal 4 November 1825 sampai dengan 4 Agustus 1826.

Saat ini, Goa Selarong lebih dikenal sebagai salah satu objek wisata alam dan religi. Selain sebagai tempat tujuan mengirim persembahan dan doa, di sekitar goa Selarong juga terdapat air terjun yang bisa memanjangkan mata.

Artikel ini telah tayangkan di iNewsYogya.id dengan judul "Goa Selarong Bantul Yogyakarta, Persembunyian Pangeran Diponegoro saat Hadapi Belanda"

 

Editor : Joko Piroso

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut