Korps Bhayangkara menggunakan BO-105 sejak 1981.
BO-105 milik Indonesia diperoleh dari merakit sendiri di Bandung. Proses tersebut dimungkinkan setelah Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, kini PT DI/PT Dirgantara Indonesia) mendapat lisensi dari MBB. Dari keseluruhan pesawat, hanya rotor dan transmisi yg disuplai oleh Jerman.
Pemerintah Indonesia menambahkan huruf N di depan helikopter ini yang pantas menjadi NBO-105. Semua produksi PT DI kemudian dinamai NBO-105, sebagaimana pesawat CASA C-212 menjadi CN-212.
Di kawasan Asia Tenggara sendiri, hanya Filipina dan Indonesia yang masih mengoperasikan heli yang setengah abad lalu jadi heli revolusioner pertama di dunia tersebut. Filipina tinggal memiliki satu unit B0-105 yang dioperasikan Resimen Penerbangan Angkatan Darat “Hiraya”. Satu-satunya Bo-105 milik AD Filipina itu berasal dari hibah taipan Manuel Velez Pangilinan pada Januari 2021.
Menukil World Air Forces edisi 2022, militer Indonesia masih mengoperasikan 22 BO-105, yakni 8 unit berada di Pusat Penerbangan TNI AL (Puspenerbal), 12 unit di Pusat Penerbangan TNI AD (Puspenerbad), dan dua unit di TNI AU dioperasikan Badan SAR Nasional (Basarnas).
Flying Magazine edisi Maret 1990 melaporkan bahwa BO-105 disebut-sebut merupakan Heli revolusioner di eranya, karena sebagai heli ringan pertama di dunia yang ditenagai dua mesin, serta penggunaan sistem rotor tanpa engsel. Rotor yang lebih simpel dan kokoh mampu mengeliminasi semua peredam (getaran) dan engselnya.
Penghubung rotor utama hanyalah satu kepingan titanium tempa besar untuk memberikan kekuatan yang cukup, dan bilah rotor serat kompositnya memberikan fleksibilitas. Tanpa engsel, kepala rotornya dikuci dengan baut langsung ke rangka heli.
BO-105 mendapat sertifikasi Luftfahrt-Bundesamt (otoritas kelaikan penerbangan Jerman) pada 1970 dan FAA (otoritas kelaikan penerbangan Amerika Serikat) dua tahun kemudian.
BO-105, dapat dipergunakan untuk sipil dan militer, memiliki panjang 11,86 meter dan tinggi tiga meter. Heli berbobot kosong 1.276 kilogram itu bisa mengangkut empat orang, termasuk dua kru, dan mampu terbang dengan membawa beban 2.500 kilogram. Mesin ganda Allison 250-C20B turboshaft membuatnya bisa bermanuver dengan kecepatan maksimal 242 kilometer per jam, melonjak hingga ketinggian maksimal 17 ribu kaki, dan sanggup melayang selama 3 jam 30 menit jika bahan bakarnya terisi penuh.
Jika diperuntukkan bagi milier, BO-105 bisa dipersenjatai beraneka jenis senjata. Sejak 1975, Bundeswehr (AD Jerman) mengoperasikannya dengan enam misil antitank Euromissile HOT, BGM-71 TOW, atau misil air-to-air Stinger.
Editor : Joko Piroso