PENUNJUKAN pengganti Sultan Agung di Kerajaan Mataram konon diwarnai intrik antar sesama putranya. Setelah Sultan Agung bertahta, penguasa Mataram jatuh ke tangan Sultan Amangkurat I atau yang dikenal juga sebagai Sultan Amangkurat Tegalwangi.
Sultan Amangkurat I pun naik tahta sebagai raja keempat Kerajaan Mataram menggantikan ayahnya. Menariknya Amangkurat I atau Amangkurat Tegalwangi ini bukanlah anak tertua dari Sultan Agung. Padahal sebagaimana lazimnya pewaris tahta raja biasanya adalah anak tertua dari ayahnya.
Sosok Sultan Amangkurat I sendiri merupakan anak kesepuluh dari Sultan Agung. Ia juga anak kedua dari permaisuri kedua bernama Raden Ayu Wetan atau yang dikenal Ratu Wetan. Sedangkan permaisuri pertamanya bernama Kanjeng Ratu Kulon atau Ratu Kulon.
Permaisuri pertama itu disebut H.J. De Graaf dalam bukunya "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", memiliki nama Ratu Emas Tinumpak sebagaimana disebut juga pada naskah yang tersimpan dalam KITLV. Tetapi setelah melahirkan putranya, Raden Mas Sahwawrat, ia diusir dari keraton entah karena alasan apa.
Setelah itu tempatnya diisi oleh permaisuri yang kedua. Sementara asal-usul permaisuri pertama tidak disebut, asal-usul yang kedua diketahui. Ia seorang putri keturunan Kerajaan Batang. Versi lain ada yang menyebut ia berasal Kerajaan Cirebon. Selanjutnya setelah permaisuri yang pertama keluar meninggalkan keraton gelarnya sebagai Raden Ayu Wetan digantikan oleh Kanjeng Ratu Kulon.
Putra permaisuri kedua Sultan Agung yang tertua lahir sekitar tahun 1619. Anak ini mula-mula diberi nama Raden Mas Sayidin, jadi nama Arab. Lalu diberi nama Jibus, kemudian Rangkah yang berarti semak berduri, tutup batas. Sosok inilah yang konon akhirnya menjadi Sultan Amangkurat I setelah ia naik tahta sebagai raja.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta