BOYOLALI,iNewsSragen.id - Tradisi buka luwur di Makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi yang diadakan di Desa Candisari, Kecamatan Gladagsari, Boyolali, merupakan sebuah acara yang sangat berarti bagi masyarakat setempat.
Acara ini merupakan bentuk penghormatan dan peringatan terhadap tokoh penyebar Agama Islam, Syech Maulana Ibrahim Maghribi, yang pernah berjuang dan menyebarkan ajaran agama di lereng Gunung Merbabu.
Buka luwur adalah sebuah tradisi penggantian kain penutup pusara atau makam yang hanya dilakukan sekali dalam setahun, tepatnya pada bulan Suro dalam penanggalan Jawa atau bulan Agustus.
Makna dari buka luwur adalah pergantian kain mori yang menutupi makam, dan proses ini menjadi momen yang sangat berarti bagi masyarakat setempat. Meskipun kain penutup tersebut mungkin terlihat kotor atau kusut, tradisi ini menjadikan kain tersebut hanya dicuci sekali dalam setahun.
Tradisi buka luwur ini juga diikuti oleh tabur bunga, yang melambangkan penghormatan dan penghormatan terhadap tokoh yang diingat. Setelah itu, masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan berebut 7 gunungan, yang berisi sayur-mayur dan buah-buahan hasil bumi.
Berebut gunungan ini memiliki makna spiritual dan diyakini membawa berkah bagi mereka yang berhasil mendapatkan bagian dari hasil bumi tersebut.
Tokoh masyarakat setempat, Ayup Sarjana, menjelaskan bahwa Syech Maulana Ibrahim Maghribi adalah seorang pejuang dan penyebar agama Islam di wilayah tersebut. Tradisi ini dilakukan oleh warga setiap tahun pada bulan Suro dalam penanggalan Jawa dan setiap Jumat. Tradisi ini memiliki nilai sejarah dan spiritual yang sangat penting bagi masyarakat, dan diharapkan dapat terus dilestarikan.
Bupati Boyolali, M Said Hidayat, yang hadir dalam acara tersebut juga mengapresiasi dan mendukung kegiatan seperti ini. Ia menyatakan bahwa tradisi ini memiliki banyak pembelajaran sejarah dan juga dapat menjadi destinasi wisata religius.
Tokoh-tokoh seperti Syech Maulana Ibrahim Maghribi dan Ki Ageng Pantaran adalah bagian dari sejarah penyebaran Agama Islam di wilayah tersebut, dan nilai-nilai tradisi, adat, dan budaya yang dijaga dalam acara ini memiliki makna mendalam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Boyolali.
Editor : Joko Piroso