GROBOGAN, iNewsSragen.id - Situasi sulit yang dihadapi oleh warga Desa Monggot, Kecamatan Geyer, Grobogan, Jawa Tengah, dalam hal pemenuhan kebutuhan air bersih. Setiap hari, puluhan ember dan jeriken milik warga harus dijajar di pinggir jalan selama sekitar enam jam untuk menunggu kedatangan truk tangki pengangkut air bersih yang disumbangkan oleh seorang dermawan.
Warga di desa ini harus melakukan antrian setiap pagi hingga sore hari untuk mendapatkan pasokan air bersih yang dibawa oleh truk tangki dari dermawan tersebut. Setelah truk tangki air tiba, warga segera menyergapnya dan menuangkan air bersih ke dalam ember-ember berukuran besar. Kemudian, terjadi rebutan untuk mengisi ember, jeriken, atau galon dengan air bersih.
Dalam waktu kurang dari lima belas menit, seluruh air dari dua toren yang berisi seribu liter air tersebut habis dan diambil oleh warga. Agnes, salah satu ibu rumah tangga di Desa Monggot, mengungkapkan bahwa dia harus mengantre dengan lima ember di pinggir jalan agar tidak ketinggalan dalam mendapatkan air bersih. Dalam satu droping air, dia bisa mendapatkan lima hingga delapan ember air untuk dibawa pulang. Namun, air yang diperoleh hanya cukup untuk digunakan selama satu hingga dua hari saja.
Selain mendapatkan air dari truk tangki dermawan, warga juga harus membeli air bersih secara mandiri dari pengusaha air dengan harga yang cukup mahal, yaitu tujuh puluh lima ribu rupiah untuk lima ratus liter air. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan tantangan yang signifikan bagi warga desa ini, dan mereka harus bergantung pada bantuan dermawan serta mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air.
Suyati, warga Desa Monggot harus berjuang untuk mendapatkan pasokan air bersih yang memadai. Beberapa warga bahkan rela membeli air secara patungan atau iuran bersama agar dapat membeli satu tangki air berisi dua ribu liter air. Mereka sangat mengandalkan bantuan air yang datang setiap minggu sekali dari gereja setempat secara gratis. Sayangnya, mereka belum pernah menerima bantuan dari pemerintah sejak krisis air bersih melanda.
Tanpa bantuan air bersih, warga terpaksa melakukan perjalanan menyusuri tebing dan hutan sejauh satu kilometer untuk mencapai satu-satunya sumber air yang masih ada. Namun, banyak warga yang merasa kecewa karena ketika mereka tiba di sumber air tersebut, mereka seringkali tidak mendapatkan cukup air atau sumber air tersebut bahkan sudah mengering, tidak mencukupi untuk kebutuhan banyak warga.
Krisis air bersih merupakan masalah serius yang memengaruhi banyak komunitas di berbagai daerah di seluruh dunia. Keterbatasan akses terhadap air bersih dapat mengakibatkan kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan dapat membahayakan kesehatan dan kesejahteraan penduduk. Dalam banyak kasus, bantuan dari lembaga non-pemerintah, gereja, atau dermawan menjadi satu-satunya sumber harapan bagi warga yang membutuhkan pasokan air bersih. Hal ini juga menekankan pentingnya upaya pemerintah dalam meningkatkan akses air bersih untuk komunitas yang membutuhkannya.
Editor : Joko Piroso