get app
inews
Aa Text
Read Next : Wamentan Sudaryono Diberi Wejangan dan Doa Seorang Pemuda Disabilitas di Pendopo Kabupaten Grobogan

Warga Bojonegoro Inisiasi Nabung Sampah untuk Bayar Pajak

Senin, 25 September 2023 | 09:46 WIB
header img
Muklas, warga Bojonegoro penggagas Bank Sampah Masyarakat. (Foto: Heri Purnomo/ Istimewa)

BOJONEGORO, iNewsSragen.id - Ya, namanya Imam Muklas, warga Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur. 

Ia adalah penggagas Bank sampah Masyarakat (BSM) Mandiri Keluarga Harapan di Desanya, yang ia dirikan pada awal 2017 lalu.

Idenya sederhana, namun efektif. Awalnya ia terinspirasi dengan ucapan Presiden keempat Gus Dur, bahwa "saat lahir semua orang tertawa pada kita, namun disaat kita meninggal orang akan menangis".

"Jadi tandanya begini, ketika kita meninggal, orang - orang menangis. InsyaAllah itu tandanya mereka sangat kehilangan kepada kita ", ungkap Imam Muhlas saat menjadi narasumber lokal hero pada acara media Gathering bersama Pertamina Indonesia Timur, di Hotel Hyatt Regency, Jogyakarta, Minggu (25/9).

Kemudian, kata Imam, untuk berbuat kepada masyarakat, dirinya merasa tidak memiliki cukup kemampuan, tidak memiliki cukup sumber daya yang memadai, maka dirinya berfikir apa yang bisa ia lakukan, yang belum atau tidak dilakukan orang lain, yaitu mengelola sampah.

"Pertama karena sampah itu tidak akan habis, tapi semakin hari malah semakin banyak. Kedua kurang sadarnya masyarakat untuk mengelola sampah", kata Imam.

Lalu ia mengajak sejumlah warga di Desa setempat, untuk mengumpulkan sampah-sampah yang bisa didaur ulang atau biasa disebut sampah rosok.

“Tagline-nya, Nabung Sampah untuk Bayar Pajak. Pajak di sini adalah Pajak Bumi Bangunan (PBB) yang dibayarkan setahun sekali,” imbuhnya. 

Ide itu kemudian disebarkan kepada Pemerintah Desa dan melalui para perempuan jamaah pengajian setempat.

Sampah-sampah itu bisa apa saja. Botol bekas obat hama, botol air mineral, piring-piring aluminium, penanak nasi yang rusak, kardus, kertas-kertas. 

Apa saja yang masih bisa dimanfaatkan kembali. Semua sampah yang terkumpul langsung dijual ke pengepul. 

“Biaya operasional pengurus sendiri waktu itu masih lillahita’ala,” kata Muhlas.

Saat ini sudah ada kurang lebih tiga ratus  warga di empat Dusun sudah bergabung di BSM Mandiri Keluarga Harapan. 

Waktu itu Bank sampah miliknya belum memiliki kantor. Meski begitu Muhlas dengan tekun berkeliling dari dusun ke dusun untuk memungut sampah rosok dari warga. 

Warga yang memberikan sampah rosok tersebut juga langsung menerima manfaatnya yakni mendapat uang berdasarkan berat sampah yang ia miliki, dan dirupiahkan menjadi tabungan pribadi masing-masing.

Sampah-sampah itu ditimbang setiap tiga bulan sekali. Dalam sekali timbang, BSM bisa memperoleh empat kuintal sampah, berupa botol obat pertanian, botol air mineral, penanak nasi rusak, kardus, kertas, dan lain-lain. 

Dalam setahun, hasilnya luar biasa, mereka bisa memperoleh uang sebanyak Rp 8 juta.

“Tahun 2017, kami sudah bisa bayar pajak menggunakan hasil tabungan sampah dan langsung kami koordinasikan Pemerintah Desa, kendati belum sepenuhnya warga desa ikut,” kata Muhlas.

Namun tentu saja bekerja tanpa kantor membuat Muhlas kepayahan. Mengumpulkan sampah dengan model langsung jual kepada pengepul besar, tidaklah mudah. 

“Kalau begini terus, kita tidak maksimal,” kata Muhlas kepada kawan-kawannya.

Mereka tidak bisa bekerja hanya dengan bermodal keikhlasan. Mereka butuh tempat untuk menyimpan, memilih, dan memilah sampah-sampah berdasarkan jenis dan nilai jual.

“Dari selisih harga itu, harapan kami bisa menghidupi pegiat-pegiat bank sampah. Walau tidak banyak seperti gaji, minimal ada konsumsi, beli kaos, seperti itu,” kata Muhlas. 

Di 2018, dengan dana yang ada, Muhlas berinisiatif untuk menyewa sebuah rumah kosong sebagai tempat sekaligus kantor, untuk menimbun dan memilah sampah. 

Namun, saat pandemi Covid 19 BSM yang ia dirikan ikut terdampak. Harga sampah rosok anjlok drastis. 

Sementara BSM berkewajiban mengembalikan tabungan masyarakat sesua kesepakatan .

“Sesuai perjanjian, walau harga turun atau naik, tabungan harus kami kembalikan sesuai nilai (yang disepakati),” kata Muhlas.

Di tengah situasi itu, Muhlas mencoba memberanikan diri untuk membuat dan mengajukan proposal kepada PT Pertamina EP Cepu pada tahun 2019. 

“Awalnya, kami tidak begitu yakin program ini mau didukung Pertamina. Tapi akhirnya pada 2020, kami dikabari kalau Pertamina mau mendukung kegiatan bank sampah kami,” kata Muhlas.

Pertamina memberikan bantuan pelatihan manajemen pengelolaan sampah. “Tim kami dilatih mengelola sampah dengan baik, termasuk cara pembukuan, mulai dari pencatatan buku tabung hingga ada studi tiru. Kami mendapat bantuan kendaraan roda ketiga, mesin pencacah organik, bak pilah sampah, dan alat tulis kantor,” kata Muhlas.

Tak berhenti begitu saja, untuk mengembangkan BSM nya, Iapun menyempatkan diri ke Banyumas, Jawa Tengah, untuk belajar tempat pengelolaan sampah terpadu. 

Kemudian hasil studi tiru, ia terapkan untuk mengelola sampah secara keseluruhan, artinya ia tidak hanya dianggap sebagai tukang rosok, namun juga berkembang mengolah sampah organik.

“Kami ingin mengolah sampah-sampah plastik di sekolah, di warung-warung, menjadi konversi BBM. Minimal untuk bahan bakar operasional kami. Kedua, kami ingin mengelola limbah organik dengan konversi magot (lalat hitam). Ke depan itu yang sedang kami genjot. Sampah magot dan sampah rongsok nominalnya cukup untuk membayar pajak,” katanya. 

Berjalanya waktu kini BSM yang ia dirikan  tidak hanya berada di Desanya sendiri. Bank sampah juga dikembangan di Desa lain, seperti Kauman, Karang Pacar, dan Banjarejo di Kecamatan Kota. 

Terpisah Manager JTB Site Office & PGA Edy Purnomo mengatakan, pihaknya mendukung peningkatan lingkungan bersih, sehat, bebas sampah domestik atau rumah tangga.

“Bantuan kepada masyarakat ini merupakan bentuk komitmen PT Pertamina EP Cepu dalam memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasi,” katanya.

Apalagi, pemerintah menargetkan bisa mengurangi sampah 30 persen pada 2025. Sampah rumah tangga sebesar 48 persen menjadi sasaran untuk ditangani dan diolah. 

“Kami juga mewujudkan asas pemerataan dan keadilan dalam implementasi program pengembangan kemasyarakatan yang tidak terbatas pada area project, tetapi juga masyarakat yang berada di luar area project sesuai dengan prioritas kebijakan daerah. Kami menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar dan Pemerintah Daerah agar usaha dapat berjalan dengan baik,” kata Edy

Editor : Sugiyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut