GROBOGAN, iNewsSragen.id - Ratusan perantau dari Jakarta, yang berasal dari Grobogan, tiba di Grobogan pada Sabtu malam menggunakan sebelas armada bus. Selama perjalanan, mereka mengalami keterlambatan karena terjebak dalam kemacetan panjang di beberapa titik jalan tol akibat penerapan sistem one way di wilayah Jakarta.
Sebanyak sebelas bus yang mengangkut lima ratus lima puluh perantau asal Grobogan akhirnya tiba di Grobogan pada pukul setengah sebelas malam, mengalami keterlambatan tiga puluh menit dari jadwal yang seharusnya.
Keterlambatan ini disebabkan oleh kemacetan panjang di beberapa titik jalan tol di wilayah Jakarta setelah penerapan sistem one way. Kendaraan yang melintas di jalan tol dari arah Jakarta menuju ke timur menjadi padat merayap.
Meskipun perjalanan sempat terhambat selama tiga puluh menit, para pemudik mengaku sangat senang dan lega bisa sampai di tujuan dengan selamat, ditambah lagi mereka tidak dikenai biaya alias gratis.
Joko Widodo, seorang pemudik asal Desa Gundih, Kecamatan Geyer, Grobogan, yang telah bekerja di Jakarta selama lebih dari sepuluh tahun, mengakui bahwa kemacetan yang terjadi di jalan tol tidak terlalu parah sehingga kendaraan bisa berjalan pelan merayap.
Pujiyati, dari Desa Sulursari, Gabus, Grobogan, sudah lima kali mengikuti mudik gratis yang difasilitasi oleh pemerintah daerah bersama kelompok perantau Grobogan yang ada di Jakarta.
Selama mengikuti program mudik gratis, para perantau ini mengaku mudah dan cepat dalam mengurus persyaratan untuk mengikuti mudik gratis, yaitu cukup dengan menunjukkan kartu tanda penduduk kepada pengurus.
Sri Sumarni, Bupati Grobogan, menjelaskan bahwa jumlah pemudik yang tiba pada kali ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan peningkatan pemudik yang ikut mudik gratis mencapai seratus persen.
Namun, masih banyak para perantau di Jakarta yang belum bisa tertampung oleh seluruh bus yang telah dipersiapkan oleh pemerintah dan kelompok perantau Grobogan yang ada di Jakarta, karena keterbatasan transportasi.
Pemerintah akan berusaha untuk menambah armada agar seluruh pekerja rantau di Jakarta bisa mudik semua.
Setelah melepaskan lelah dan makan bersama yang disediakan oleh pemerintah daerah di pendopo kabupaten, seluruh pemudik kembali ke rumah masing-masing dengan penjemputan oleh pihak keluarga.
Editor : Joko Piroso