GROBOGAN, iNewsSragen.id - Warga Desa Hutan Jambangan di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, kini bisa bernapas lega setelah sebuah sumber air bersih ditemukan di tengah hutan kering dan tandus. Meski diperkirakan mengandung zat kapur, air dari sumber tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan saat musim kemarau panjang.
Warga Desa Jambangan bergotong royong membersihkan lokasi sumber air yang berada tepat di tengah hutan Jambangan. Mereka membersihkan sisa akar dan bebatuan untuk pemasangan pipa, memungkinkan distribusi air ke desa. Setelah puluhan tahun tanpa akses air bersih, warga kini merasa lega dan bahagia.
Menurut warga, sumber mata air ini sudah muncul sejak lima tahun lalu, namun belum dapat dimanfaatkan karena belum adanya izin pengelolaan dari pihak Perhutani KPH Gundih, Geyer, Grobogan, Jawa Tengah. Setelah izin diperoleh, warga bersama Perhutani KPH Gundih membangun dan menyalurkan air sumber ini menuju desa hutan.
Seluruh pengelolaan dan pemanfaatan sumber mata air ini diserahkan penuh kepada warga desa oleh Perhutani, dengan syarat harus menjaga kelestarian hutan dan tidak merusak ekosistem. Kepala Administratur Perhutani KPH Gundih, Haris Setiana, mengungkapkan bahwa Desa Jambangan selalu mengalami kesulitan air bersih meskipun intensitas hujan cukup tinggi.
ibuan warga di Desa Jambangan selama puluhan tahun tidak bisa menikmati air bersih sebelum adanya sumber air ini, terutama saat kemarau panjang. Kini, warga tidak perlu bersusah payah menempuh perjalanan jauh dan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan air bersih. Sebelumnya, mereka harus rela berjalan mencari sumber air di sungai kering atau bahkan menempuh perjalanan ke Waduk Kedung Ombo sejauh sepuluh kilometer.
Meski musim kemarau panjang, sumber mata air ini masih terus mengalir dan warga kini tidak akan kekurangan air bersih lagi. Mereka bisa antre lima hingga enam kali sehari untuk mengambil air dari bak penampungan bersama. Meskipun kawasan hutan ini dikelilingi bebatuan kapur, kandungan air yang muncul dari sumber ini sangat aman untuk dikonsumsi.
Ngatmi, salah satu warga Desa Jambangan, mengungkapkan bahwa sebelum adanya sumber mata air ini, warga harus berjalan sejauh lima hingga sepuluh kilometer untuk mencari air bersih. Mereka bahkan terpaksa membeli air bersih dari truk tangki dengan harga sekitar empat ratus ribu rupiah per tangki, mengingat kondisi jalur yang ditempuh cukup jauh.
Kemarau panjang yang melanda Desa Jambangan juga mengurangi debit air di sumber mata air, sehingga warga lebih berhemat dalam menggunakan air bersih. Meskipun sumber mata air ini sudah muncul sejak lima tahun lalu, pemanfaatannya belum maksimal karena lokasi yang cukup jauh dan kurangnya jalur serta peralatan untuk penyaluran air ke desa.
Setelah mendapatkan izin dari Perhutani, warga mulai memanfaatkan dan mengelola sumber mata air ini. Mereka membuat bak penampungan untuk menampung air sumber dan menyalurkannya ke desa yang berada di bawah hutan. Setelah pipa terpasang, air sumber ini baru bisa dialirkan ke seluruh bak penampungan warga. Srianto menjelaskan bahwa saat ini debit air cukup besar sehingga bisa dimanfaatkan oleh lebih dari seribu kepala keluarga.
Editor : Joko Piroso