GROBOGAN, iNewsSragen.id - Sejumlah petani di Grobogan, mengeluh terkait sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi di kelompok tani sejak beberapa tahun ini, sehingga membuat hasil panen menurun drastis dan bahkan gagal panen. Para petani terpaksa berhutang hingga ratusan juta rupiah ke bank untuk membeli bibit baru dan membayar hutang pembelian bibit dan pupuk yang belum terbayar ke pengecer.
Petani Desa Jambangan, Kecamatan Geyer, Grobogan, mengaku resah karena selalu sulit untuk mendapatkan pupuk subsidi. Menurut petani, sulitnya mendapatkan pupuk subsidi ini dikarenakan adanya pembatasan pendistribusian pupuk ke petani grobogan, oleh pemerintah. Kelangkaan pupuk ini juga memicu warga grobogan, geram.
beberapa orang tidak dikenal sempat memasang spanduk di pinggir jalan protokol kota Purwodadi, Grobogan, yang bernadakan hujatan kepada mafia pupuk yang tega mempermainkan petani.
selama dua tahun lebih petani Desa Jambangan, Kecamatan geyer, Grobogan, terpaksa membeli pupuk non subsidi ke pengecer dengan harga tinggi. Beberapa petani kini mengalami gagal panen dan sebagian lagi hasil panen yang tidak maksimal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya air untuk mengairi sawah serta kurangnya kebutuhan pupuk di kalangan petani.
Untuk mengantisipasi kelangkaan dan kekurangan pupuk subsidi, para petani terpaksa berhutang bibit dan pupuk kepada pengecer terlebih dahulu agar tidak ketinggalan masa tanam. Bahkan mereka juga terpaksa meminjam uang di bank untuk gali lubang tutup lubang senilai ratusan juta rupiah.
Jasmo, salah satu petani jagung Desa Jambangan, ini mengaku hasil panen jagungnya tidak maksimal dan ada juga petani lain yang mengalami gagal panen karena sulitnya mendapatkan pupuk subsidi. Untuk sekali masa tanam hingga panen, ia membutuhkan sebanyak empat kwintal atau delapan sak pupuk.
Namun ia hanya mendapatkan jatah pupuk sebanyak dua puluh lima kilogram saja dari kelompok tani. Jika membeli satu sak yang berisikan lima puluh kilogram pupuk harus dibagi dua dengan petani lainnya. Kini ia mempunyai hutang di bank hingga jutaan rupiah.
Sementara itu Kristin, salah satu pendamping setia petani di Grobogan, mengaku prihatin dengan musibah yang menimpa para petani, dimana kebutuhan pupuk subsidi di petani harus dibatasi oleh pemerintah. Bahkan sudah banyak petani yang menanggung hutang di bank hingga mencapai ratusan juta rupiah.
Ia kemudian membantu petani dalam masalah hasil panen dengan mencari alternatif lain dengan mengalihkan penggunaan pupuk kimia ke pupuk kompos yang tidak menguras kantong, bahkan tidak mengeluarkan biaya sama sekali.
Namun sampai saat ini masih banyak petani yang masih tetap bertahan dalam penggunaan pupuk kimia yang harganya terus meroket dan mencekik. Para petani berharap agar pemerintah bisa membantu para petani dalam penyediaan pupuk subsidi sesuai dengan kebutuhan petani agar tidak kembali mengalami gagal panen.
Editor : Joko Piroso