Sementara itu warga desa, Darno, mengatakan dengan adanya tower PAMSIMAS yang tidak berfungsi, warga terpaksa memanfaatkan air resapan yang asin dan tidak layak konsumsi. Ketika kekeringan parah terjadi dan air resapan mengering, mereka membeli air tangki seharga Rp160.000 per tangki.
Air tangki ini disimpan di tong besar di depan rumah atau di sumur buatan sebagai cadangan, namun hanya cukup untuk tiga hingga lima hari.
Beberapa donatur dari luar desa dan pihak swasta merasa iba melihat kondisi warga dan memberikan bantuan berupa air bersih. Selain itu, warga melihat potensi sumber air di hutan Perhutani KPH Gundih, yang berjarak sekitar dua kilometer dari desa.
Mereka berharap Perhutani dapat membantu dengan memberikan izin untuk mengeksplorasi sumber air tersebut, serta mengaktifkan kembali PAMSIMAS untuk meringankan beban mereka saat kekeringan melanda.
Editor : Joko Piroso