GROBOGAN, iNewsSragen.id - Ribuan warga Desa Ngombak dan Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, tengah merayakan tradisi Asrah Batin di tengah derasnya aliran Sungai Tuntang. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan dan pengakraban antara kedua desa yang memiliki hubungan kekerabatan.
Di tengah keseruan, terjadi kericuhan saat warga berebut air tape dan bedak yang dipercaya membawa kesehatan dan awet muda. Warga saling dorong, terjatuh, dan terjepit dalam kerumunan, tetapi mereka tetap merasa puas karena percaya akan berkah yang didapat dari tradisi ini.
Selain itu, di luar rumah kepala desa, ribuan warga juga berebut nasi bancakan yang berisi sayur gudangan dan ikan hasil tangkapan mereka. Banyak yang nekat memanjat pintu dan jendela rumah untuk mendapatkan makanan tersebut, sementara yang lain mengejar petugas yang membawa air tape.
Setelah proses rebutan, warga mengoleskan bedak ke seluruh tubuh dan wajah serta meminum air tape. Suryani, salah satu warga, mengaku sangat puas meskipun sempat terjatuh dalam keributan. Baginya, mendapatkan air tape, bedak, dan nasi bungkus adalah berkah untuk kesehatan dan kebahagiaan keluarga.
Sebelum acara rebutan, tradisi Asrah Batin dimulai dengan prosesi penyambutan dua pengantin dari masing-masing desa di tengah sungai. Setelah prosesi di sungai selesai, ribuan warga mengiringi pengantin berjalan ke rumah kepala desa untuk melanjutkan ritual, di mana mereka kembali meminum air tape dan melulur bedak ke wajah pengantin sebagai simbol kesucian dan keharmonisan.
Munawir, duta penyambutan dari Desa Ngombak, menjelaskan bahwa tradisi ini merayakan kedekatan dan hubungan keluarga antara dua desa yang dianggap seperti saudara kandung. Bahkan, banyak warga yang merantau pulang ke desa untuk merayakan momen ini, menganggapnya seperti hari raya Idul Fitri dalam hal pentingnya silaturahmi dan pertemuan keluarga.
Tradisi Asrah Batin, meskipun melibatkan kericuhan dan keseruan, tetap memupuk rasa persaudaraan dan kebersamaan di antara dua desa, menjaga hubungan kekerabatan yang telah lama terjalin.
Editor : Joko Piroso