SRAGEN, iNewsSragen.id - Tingginya angka golput dalam Pilkada Sragen mencerminkan adanya tantangan dalam sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen.
Kurangnya sosialisasi dari KPU dan ketidakpuasan warga terkait informasi tentang calon bupati dan jadwal pemilihan memicu kekhawatiran akan rendahnya partisipasi pemilih.
Beberapa warga, seperti Suyadi Kurniawan dari Kedawung, mengeluhkan bahwa alat peraga kampanye (APK) tidak dipasang di lokasi-lokasi strategis, bahkan mungkin dipasang langsung oleh tim pasangan calon, bukan oleh KPU.
Giyarti, seorang pedagang dari Kutorejo, Sragen, mengaku tidak mengetahui siapa saja calon bupati yang bersaing, meskipun ia tahu hari pencoblosan.
Hal serupa diungkapkan oleh Harno dari Bedoro, yang menyebut tidak adanya pendataan atau pemberitahuan dari petugas pemilu terkait jadwal pemilihan.
Bahkan, warga lain seperti bakul mie ayam Mas Kenthi dari Hadiluwih, Sumberlawang, menyatakan tidak ada woro-woro atau pengumuman dari pihak penyelenggara.
Ketua KPU Sragen, Prihantoro, menjelaskan bahwa anggaran sebesar Rp 39 miliar telah dialokasikan untuk pelaksanaan Pilkada, termasuk kegiatan sosialisasi.
Namun, jumlah TPS di Pilkada ini berkurang dibandingkan dengan saat Pileg, yakni hanya tersisa 1.461 TPS ditambah satu TPS khusus.
Dari total pemilih yang terdaftar, yakni sebanyak 763.714 orang, kurangnya informasi dan sosialisasi yang maksimal dari KPU dapat memengaruhi tingkat partisipasi pemilih.
Editor : Joko Piroso