get app
inews
Aa Text
Read Next : Jelang Masa Tenang, Muncul APK Ajakan Coblos Kolom Kosong di Pilbup Sukoharjo

Heboh Dugaan Rudapaksa Anak SMP di Sukoharjo, Satgas P3A Langsung Turun Tangan

Jum'at, 22 November 2024 | 19:52 WIB
header img
Kabid Kesejahteraan dan Perlindungan Anak DPPKBP3A Sukoharjo, Sunarto.Foto:iNews/ Nanang SN

SUKOHARJO,iNewsSragen.id - Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Sukoharjo, menyatakan keprihatinan mendalam dan langsung turun tangan merespon kasus dugaan rudapaksa dengan pelaku dan korban sesama pelajar di satu sekolah.

"Kami langsung turun melakukan visit (kunjungan-Red) dan penjangkauan serta pendampingan terhadap korban," kata Kabid Kesejahteraan dan Perlindungan Anak DPPKBP3A Sukoharjo, Sunarto, disela acara Pengukuhan Pengurus Forum Anak Tingkat Kabupaten, Jum'at (22/11/2024).

Ia mengaku, respon itu dilakukan sehari setelah ada pemberitaan berbagai media massa. Kali pertama yang didatangi adalah pihak sekolah tempat pelaku dan korban tercatat sebagai muridnya.

"Kami ditemui guru BP (Bimbingan Konseling) dan staf. Disana kami bertanya dan melakukan investigasi. Setelah itu kami menyampaikan bahwa anak (korban) tersebut harus tetap memperoleh haknya dalam mendapatkan pendidikan. Kami meminta pihak sekolah jangan mengeluarkan anak tersebut," terangnya.

Sunarto menegaskan, meskipun pihak sekolah bisa saja menerapkan tata tertib untuk mengeluarkan anak itu dari sekolah, namun yang perlu diingat adalah, bahwa hak anak untuk sekolah itu dilindungi Peraturan Daerah (Perda) dan Undang-undang diatasnya.

"Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 jelas menyatakan perlindungannya terhadap anak, sehingga secara hierarki aturan itu menurun di ikuti Peraturan Menteri sampai Perda di tingkat kabupaten/kota," terangnya.

Adapun langkah yang sudah dilakukan oleh DPPKBP3A melalui Satgas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) adalah memberikan edukasi dan asesmen serta paket pemulihan kesehatan dari kepala daerah.

"Juga ada pendampingan psikolog melalui kunjungan bisa sampai 10 kali. Kalau diperlukan penanganan lebih lanjut untuk pemulihan atau recovery dari trauma maka akan kami rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Semua pelayanan itu gratis sesuai aturan dalam Perbup," bebernya.

Mengingat korban dalam kasus ini sekarang dibawa oleh orang tuanya ke Klaten dan sudah beberapa hari tidak masuk sekolah, maka penanganan selanjutnya telah dikoordinasikan dengan Satgas P3A Kabupaten Klaten. Orang tua korban disebutkan asli warga Klaten dan di Sukoharjo hanya kontrak rumah.

"Tadi kami sudah berkoordinasi, dari Klaten malah kunjungan ke sini (Sukoharjo) sebanyak lima orang termasuk kepala bidang-nya. Kami pertemukan antara pihak korban didampingi kuasa hukum, kami ambil kesepakatan untuk (korban) di Klaten memang kewenangan mereka, sedangkan yang di Sukoharjo (pelaku) kami tangani," ujarnya.

Seperti diberitakan, kasus dugaan rudapaksa persetubuhan antara siswa dan siswi SMP itu terbongkar setelah guru sekolah melakukan razia handphone (HP) menemukan video adegan mesum antara pelaku berinisial DPPB (13) dengan korban inisial P (14) yang wajahnya terlihat jelas.

Atas peristiwa itu, orang tua korban yang mendapat pemberitahuan dari pihak sekolah, melaporkan pelaku ke Satreskrim Polres Sukoharjo atas dugaan tindak pidana pencabulan terhadap anak.

Editor : Joko Piroso

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut