Angka Pengangguran di Solo Tinggi, Kusumo: Walikota Baru Harus Beri Solusi

SOLO,iNewsSragen.id - Persoalan pengangguran di Kota Solo yang memiliki slogan "Berseri" (Bersih, Sehat, Rapi serta Indah), hingga saat ini dinilai oleh sejumlah kalangan masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan setiap pergantian walikota.
Salah satu tokoh masyarakat Solo, BRM Kusumo Putro, menyampaikan bahwa Kota Solo saat ini dihadapkan pada masalah ketenagakerjaan baru sebagai konsekuensi dari revolusi teknologi informasi. Formasi sosial dan ekonomi berubah, kebijakan dituntut untuk menyesuaikan dan menyiapkan pondasi kebijakan yang memadai.
"Saya berani menyatakan bahwa tingkat pengangguran warga Solo di usia produktif masih tinggi, baik itu dari lulusan SMA/ SMK maupun dari lulusan perguruan tinggi," kata Kusumo saat ditemui, Senin (3/2/2025).
Banyaknya sekolah tingkat SMA/SMK serta sekira 72 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, menurutnya, belum mampu membuat warga Solo meraih kesejahteraan secara mandiri, yakni mendapat pekerjaan yang layak di kotanya sendiri.
"Dari keseluruhan jumlah pengangguran di Solo, yang paling banyak adalah lulusan SMA/SMK. Mereka tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena faktor ekonomi, serta kesulitan mendapatkan pekerjaan," bebernya.
Pria bergelar Doktor ini menuding, penyebab tingginya angka pengangguran dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah daerah. Dicontohkan, produk peraturan daerah yang dibuat belum memiliki nilai keberpihakan kepada warga asli Kota Solo sendiri.
"Perhatian pemerintah daerah belum kesana (berpihak kepada warga sendiri-Red). Banyak warga yang curhat atau berkeluh kesah kepada kami terkait kesulitan mendapat pekerjaan di kotanya sendiri," ujarnya.
Atas permasalahan tersebut, Kusumo menantang nyali walikota baru yang tak lama lagi akan dilantik, untuk mempunyai keberanian membuat terobosan kebijakan berupa keputusan mewajibkan semua sektor usaha mempekerjakan 75% dari jumlah karyawannya adalah warga Solo.
"Kami minta semua sektor usaha, baik besar maupun kecil, 75% karyawannya diambil dari warga Solo dibuktikan dengan kartu tanda penduduk (KTP). Walikota Solo yang baru harus berani melakukan itu, jangan hanya program pencitraan saja," tegasnya.
Kusumo menilai, Kota Solo yang dikenal sebagai kota budaya dengan kemajuan pesat pembangunan di bidang infrastruktur tidak akan mempunyai nilai apapun jika warganya sendiri tidak sejahtera karena hanya jadi penonton di pinggir.
"Apa gunanya pembangunan luar biasa tapi tidak dapat mensejahterakan rakyatnya, untuk apa? Solo ini gudangnya orang cerdas dan orang pintar, tetapi mereka tidak diberi kesempatan untuk dapat bekerja. Pemkot Solo selama ini belum banyak membuka ruang untuk lapangan pekerjaan," pungkasnya.
Editor : Joko Piroso