RM Said, Pangeran Sambernyawa: Pahlawan Nasional dari Solo yang Ditakuti Belanda dan Mataram

Tiji Tibeh: Filosofi Perlawanan dan Solidaritas
Dalam perjuangannya, RM Said memimpin pasukan melawan tiga kekuatan besar sekaligus: VOC, Pakubuwono III, dan Hamengkubuwono I. Karena reputasinya yang menakutkan dalam medan tempur, ia mendapat julukan Pangeran Sambernyawa.
Salah satu semboyan yang menjadi warisan pemikirannya adalah "Tiji Tibèh", kependekan dari mati siji mati kabèh (gugur satu gugur semua) dan mukti siji mukti kabèh (sejahtera satu sejahtera semua). Prinsip ini menegaskan bahwa perjuangan harus dilakukan secara kolektif dan tidak boleh meninggalkan satu pun kawan.
Dari Pejuang Jadi Pahlawan Nasional
RM Said dinobatkan sebagai Mangkunegara I dan memerintah selama kurang lebih 40 tahun, hingga wafat pada 23 Desember 1795. Atas jasa dan dedikasinya, ia mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Nasional dan dianugerahi Bintang Mahaputra pada tahun 1983 oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Rumah Singgah dan Jejak Sejarah Masih Ada
Hingga kini, rumah singgah RM Said sebelum menjadi Mangkunegara I masih berdiri di Kampung Kauman Pasar Legi, tepatnya di RT 003/RW 001, Kelurahan Kestalan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Rumah ini menjadi salah satu situs sejarah penting di Kota Solo yang menyimpan jejak perjuangan sang pangeran.
Editor : Joko Piroso