Skandal Proyek Jalan Rp 22 Miliar di Boyolali: Dugaan Permainan Kotor dan Calo Proyek Menangi Tender

Fuad, yang juga pensiunan ASN Pemkab Sukoharjo dan kini memimpin Forum Publik Masyarakat Sukoharjo (FPMS), menyebut bahwa proyek bernilai miliaran rupiah kerap jatuh ke tangan kontraktor ‘abal-abal’ yang bahkan menyewa alat berat dari pemerintah daerah. Praktik ini dinilainya sebagai bentuk nyata penjarahan uang rakyat secara sistematis.
Parahnya lagi, jejak digital PT PKA bukan bersih. Berdasarkan siaran pers resmi Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Direktur PT PKA berinisial HS pernah ditangkap dan ditahan atas kasus korupsi pencairan kredit SPK di Bank Sumut tahun 2016, dengan kerugian negara mencapai lebih dari Rp 1,4 miliar.
“Dalam persidangan, terungkap bahwa HS hanya meminjam nama PT PKA untuk mengejar proyek. Jangan-jangan pola yang sama terjadi juga di Boyolali,” kata Fuad penuh kecurigaan.
Kondisi ini, menurut Fuad, menunjukkan betapa rentannya sistem pengadaan proyek terhadap infiltrasi mafia proyek. Ia pun menyebut banyak proyek jalan yang baru selesai dibangun sudah rusak dalam hitungan bulan, karena dikerjakan oleh pihak-pihak yang tidak kompeten namun punya 'akses' ke panitia tender.
“Kalau ini terus dibiarkan, maka rakyat hanya akan dapat infrastruktur murahan, dan kepercayaan pada pemerintah akan hancur,” tegasnya.
Fuad menyerukan tindakan tegas, mendesak aparat penegak hukum, terutama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan, untuk menyelidiki dugaan persekongkolan dalam proyek di Boyolali ini.
Ia juga meminta agar kontraktor yang tidak memenuhi syarat langsung dicoret, dan seluruh proses pengadaan diaudit secara menyeluruh. “Kita tidak bisa terus membiarkan uang rakyat dirampok oleh sistem yang bobrok ini. Harus ada keberanian untuk menghentikan konspirasi ini!” pungkas Fuad.
Editor : Joko Piroso