Mereka kemudian menetap di bagian kota sebelah utara, bernama Wirasabha. Di sebelah tenggara kota yakni jembatan, daerah yang sudah dibuka sebagian berupa sawah yang telah ditanami.
Tanamannya telah agak tinggi, daunnya malah muda. Kebun-kebun ditanami segala macam bunga, pucang, pinang, kelapa, dan pisang.
Di lokasi tersebut telah tersedia takhta Raden Wijaya semasa menjadi raja pertama di Kerajaan Majapahit. Tempat takhta itu terbuat dari batu putih yang disebut wijil pindo, pintu kedua.
Setelah sampai di Majapahit, Raden Wijaya mengutus Kapuk dan Mahisa Pawagal ke Madura untuk memberi tahu bupati Arya Wiraraja bahwa Raden Wijaya serta pengikutnya telah sampai di Majapahit.
Sosok Raden Wijaya yang pandai mengambil hati rakyat Majapahit yang baru menetap, membuat banyak orang berdatangan dari Daha dan Tumapel untuk menetap di Majapahit. Di kesempatan itu pula pertama kali Raden Wijaya duduk di takhta batu putih, menghadap ke para pengikutnya.
Raden Wijaya memanggil para penghuni baru yang datang dari berbagai tempat. Dia memilih di antara mereka untuk dinaikkan pangkatnya dan dianugerahi nama baru sesuai dengan watak dan rupa mereka.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait