Atas temuan virus LSD di Kota Makmur tersebut, Balai Besar Veteriner (BBVet) Yogyakarta juga telah berkunjung untuk memastikan dan mengetahui cara penanganan yang dilakukan oleh Dispertan Sukoharjo.
"Kemarin (Selasa-Red) kami mendapat kunjungan dari BBVet Yogyakarta, untuk meneguhkan diagnosa virus LSD terhadap 13 sapi itu. Sudah kami lakukan dengan uji laboratorium namun hasilnya masih harus menunggu," ungkap Bagas.
Selanjutnya, Bagas menjelaskan langkah pencegahan dan antisipasi yang telah dilakukan, diantaranya melakukan koordinasi dengan seluruh jajaran bidang peternakan, seluruh dokter hewan, dan penyuluh peternakan agar melakukan sosialisasi kepada peternak.
"Materi sosialisasi tentang gejala-gejala LSD dan bagaimana penanganannya. Dalam kasus ini, kami fokus untuk memutus vektor atau penyebab virus LSD yaitu, nyamuk dan lalat. Kami sarankan kepada para peternak untuk melakukan penyemprotan terhadap vektor penyebab virus LSD itu," ujarnya.
Tak hanya itu, menurut Bagas, pihaknya juga sudah membentuk tim penanganan wabah LSD. Tim bentukan Dispertan ini semula juga menangani wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) beberapa waktu lalu.
"Tim ini bergerak melakukan edukasi, pengawasan lalu lintas hewan ternak, pengawasan di rumah potong hewan (RPH) maupun di pasar ternak. Kami menugaskan dokter hewan untuk rutin melakukan pengawasan di pasar hewan," ungkapnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait