“Pengalaman menarik selama belajar di Korsel, budaya belajarnya berbeda. Kalau di UMS ya karena di negara sendiri menurut saya hawanya enak aja kuliahnya, dosennya ramah dan membaur dengan mahasiswa. Mungkin karena ketika di Korsel, kita keterbatasan bahasa jadi begitu terkesan lebih formal,” paparnya.
Selain itu, tambahnya, mahasiswa Korsel itu ambisius dan sangat fokus. Mereka sekali belajar luar biasa fokusnya. Kalau dalam bahasa Jawa disebut ‘spaneng’, tetapi lama kelamaan juga bisa mengikuti.
“Pengalaman yang paling menarik, ketika awal perkuliahan secara offline disini (Korsel-Red), saya sering ambil projek bareng sama mahasiswa yang tugas akhirnya adalah presentasi. Saya baru tahu, demi tampil dengan luar biasa, mereka sampai nulis teksnya berlembar-lembar dan membaca secara formal pas presentasi," jelas Yusuf.
Menurutnya, pembelajaran secara offline dan online jauh berbeda. Dulu pas virus Covid-19 masih banyak pembatasan sehingga sempat belajar secara online. Jadi ketika mulai pembelajaran offline, Yusuf mengaku sempat kaget.
“Jadi yang mereka sampaikan itu apa yang sudah ditulis berlembar-lembar, demi mendapatkan nilai maksimal saat presentasi. Mereka rela membuat naskah presentasi sebanyak itu. Padahal kalau di Indonesia kan ketika presentasi lebih banyak improve dan eksplorasi materi yang telah dipelajari dan di sini berbeda 180 derajat,” ujarnya.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait