Setiap pemakai motif batik tersebut diharapkan memiliki sifat luhur yang mencerminkan kebesaran jiwa, menjadi teladan atau panutan. Karena memiliki filosofi dan doa, pemakai motif batik Sido Luhur diharapkan bisa memperoleh kehormatan serta keagungan yang menyertai setiap perjalanan hidupnya.
Batik Sido Luhur, dalam masyarakat Jawa kerap dipergunakan untuk pasangan yang melangsungkan pernikahan, khususnya untuk malam pengantin juga tradisi mitoni (tujuh bulan kehamilan pertama).
Jasa Ki Ageng Henis dalam memajukan industri dan perdagangn batik di Desa Laweyan memang sangat besar. Kontribusi dan totalitasnya membantu perekonomian warga Laweyan sangat dirasakan.
Bahkan Bandar Kabanaran yang merupakan dermaga di Sungai Kabanaran (Sungai Jenes), menjadi salah satu dermaga yang cukup sibuk dengan berbagai komoditas seperti kain, benang dan kapas guna menunjang industri batik.
Bagi masyarakat yang penasaran ingin tahu lebih dalam tentang kebesaran Ki Ageng Henis, salah satunya bisa berziarah ke makam Ki Ageng Henis yang berada dalam satu kompleks Masjid Laweyan di Jalan Liris No 1, Kelurahan Pajang, Laweyan, Solo.
Editor : Joko Piroso
Artikel Terkait