Waspada Penyesatan Politik Identitas di Pemilu, Amir Mahmud Center Ajak Mahasiswa Berdialog

Nanang SN
Dialog interaktif Amir Mahmud Center bersama perwakilan mahasiswa Solo Raya.Foto:iNews/ Nanang SN

SUKOHARJO,iNewsSragen.id - Penyesatan politik identitas diprediksi semakin marak digunakan dalam pesta demokrasi Pemilu 2024 mendatang. Faktor penyebab maraknya politik identitas diduga karena minimnya pemahaman soal menjaga toleransi dan eksistensi tiap identitas dalam ruang politik di NKRI.

Berbagai upaya untuk mencegah penyesatan politik identitas terus dilakukan oleh sejumlah pihak. Salah satunya dilakukan oleh Amir Mahmud Center melalui dialog interaktif bersama perwakilan mahasiswa se Solo Raya di Rumah Makan Jinung, Grogol, Sukoharjo, Selasa (19/9/2023).

Akademisi UIN RM Said Surakarta, Ahmad Hafidz, yang menjadi pembicara dalam acara itu mengatakan, salah satu cara untuk mereduksi penyesatan politik identitas dalam Pemilu 2024 mendatang adalah, dengan menguasai media massa.

"Harus kuasai media. Jadi kalau pengguna politik identitas untuk tujuan menyesatkan itu selalu berwacana, maka kita juga harus menghadapi dengan perang wacana. Dalam hal ini kita harus mengedepankan instrumen logika," kata Ahmad.

Menurutnya, praktek penyesatan politik identitas itu dapat diibaratkan seperti dokter yang sedang disesatkan oleh profesor. Jika itu yang terjadi maka yang tersesat tidak hanya dokternya saja, tapi termasuk juga perawatnya ikut tersesat.

"Jadi ketika resep dari dokter yang disesatkan ini sudah salah, maka terapi pengobatannya pasti menjadi salah. Itulah yang saat ini sedang terjadi," paparnya.

Akibat dari penyesatan itu, saat ini terjadi malpraktek berupa penggunaan jargon-jargon keagamaan dalam konteks sosial dan politik. Bentuk dari penyesatan politik identitas adalah berupa narasi manipulatif.

"Makanya, (narasi) manipulatif itulah yang harus dicegah. Cara mencegahnya adalah, pertama melalui kampanye, kedua, mencerdaskan masyarakat. Masyarakat harus dicerdaskan, karena kalau tidak maka akan bahaya," tegasnya.

Ahmad pun menyebut, bahwa untuk mencerdaskan masyarakat maka instrumen yang digunakan adalah media. Oleh karenanya, dia menekankan bahwa penggunaan media untuk mencegah penyesatan politik identitas merupakan hal paling prinsip.

"Dalam prinsip kuasai media adalah, yang benar jangan mau mengalah. Tapi pada prakteknya selama ini justru banyak yang mengalah. Kalau sudah begitu, justru yang mengalah ini malah yang dihancurkan. Padahal di Indonesia banyak orang baik, tapi mereka pilih mengalah," sebutnya.

Sementara, Direktur Amir Mahmud Center yang juga selaku pembicara, Dr Amir Mahmud, mengungkap alasannya menggelar dialog interaktif dengan mahasiswa, karena melihat adanya gejala munculnya politik identitas ke arah perpecahan dikalangan masyarakat.

"Ada polarisasi yang dibangun oleh beberapa kelompok, dimana kami lihat sangat berpotensi melakukan politik identitas (negatif). Nah, kalau ini dibiarkan terus berlangsung maka kami khawatir akan terjadi perpecahan di tengah masyarakat," kata Amir.

Berdasar kekhawatiran itu, maka Amir mencoba membangun komunikasi dengan kelompok masyarakat, salah satunya adalah mahasiswa di Solo Raya. Tujuan dialog disebutkannya, untuk menggali ide-ide dalam mereduksi bahaya politik identitas dalam Pemilu 2024.

"Perlu juga diketahui, konteks (politik identitas) ini selalu hadir pada saat-saat menjelang pemilu. Ini gesekannya sangat kuat. Jauh sebelum masa pemilu, politik identitas jarang muncul. Tapi begitu mendekati pemilu, politik identitas muncul sangat kuat dan selalu berulang-ulang," bebernya.

Amir berharap melalui dialog interaktif bersama mahasiswa kali ini, akan ditemukan solusi untuk menangkal penyesatan politik identitas tersebut. Selain itu, ia juga berharap sosialisasi dan pendidikan politik terus digaungkan dan disebarluaskan agar masyarakat menjadi pemilih cerdas.

Salah satu peserta dialog, Raekhan Eka Ramadhan mahasiswa dari UNISRI Surakarta mengakui, bahwa ia sebagai generasi muda masih minim informasi dan seluk beluk politik, apalagi politik identitas yang negatif.

"Tidak semua kalangan milenial yang akan menjadi pemilih pemula memahami dunia politik yang terjadi, contohnya soal politik identitas. Kegiatan ini sangat baik untuk diinformasikan lebih luas agar pemilu 2024 mendapat pemimpin yang berkualitas," pungkasnya.

Editor : Joko Piroso

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network